AHMEDABAD, KOMPAS.com - Seorang hakim di India dilaporkan mendapat 150 kondom, setelah dia membuat putusan kontroversial terkait kasus kekerasan seksual.
Hakim Pengadilan Tinggi Bombay, Pushpa Virendra Ganediwala, menjadi sorotan karena membebaskan pria yang dituding meraba payudara gadis 12 tahun.
Menurut Ganediwala, pria itu tidak melakukan kekerasan seksual karena tidak terjadi "sentuhan kulit", yang membuat publik terkejut.
Baca juga: Diduga Lakukan Kekerasan Seksual, Remaja 14 Tahun Ditahan Polisi
Beberapa hari sebelumnya, Ganediwala juga menyebut pria yang memegang tangan bocah lima tahun dan membuka resletingnya bukan serangan seksual.
Tak ayal, dua putusan itu mengejutkan tidak hanya korban tetapi juga pakar perlindungan dan keselamatan anak-anak.
Mereka kaget karena putusan itu bisa memberikan preseden berbahaya terkait penetapan seperti apa kekerasan seksual itu.
Karena itu, analis politik Devshri Trivedi mengeklaim dia mengirim sekitar 150 kondom ke Hakim Ganediwala.
Kepada India Today, dia mengatakan tidak saja mengirim ke Ganediwala, namun juga ke 12 lokasi lainnya, termasuk dewan di Mumbai.
Baca juga: Selain RUU PKS, Menteri PPPA Minta Peningkatan Edukasi untuk Cegah Kekerasan Seksual
Dilansir India.com Kamis (18/2/2021), dia mengirim paket itu sejak 9 Februari dan sudah menerima laporan penerimaan beberapa di antaranya.
"Saya tak bisa menoleransi ketidakadilan. Gadis di bawah umur tak bisa mendapat keadilan karena Hakim Ganediwala," kata Trivedi.
Dia menuntut agar Ganediwala dihukum dan menyerukan kepada perempuan agar berani menyuarakan ketidakadilan yang mereka terima.
Trivedi mengatakan sebagai perempuan, dia tidak merasa berbuat sesuatu yang salah sehingga harus menjadi sasaran serangan seksual.
Baca juga: Bukan Kebiri, Pelaku Kasus Kekerasan Seksual terhadap Anak Tiri Diancam Hukuman Ini
"Dengan putusan yang dibuat oleh Hakim Ganediwala, maka pria bisa seenaknya melenggang bebas setelah melecehkan korban," keluhnya.
Kantor pencatatan hukum di Nagpur, salah satu tempat yang dikirimi kondom oleh Trivedi, mengaku belum menerimanya.
Shrirang Bhandarkar, advokat senior di Asosiasi Pengacara Nagpur menyebut perbuatan Trivedi adalah penghinaan, dan meminta polisi bertindak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.