Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo Amerika Usai Pemilu Disebut "Lebih Parah" Dibanding Indonesia

Kompas.com - 07/01/2021, 16:52 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pihak ada yang menyamakan demo Amerika kini dengan situasi Indonesia usai pemilu pada 2019, tetapi pakar hubungan internasional dari tanah air ada yang menyebutnya "lebih parah". 

Ribuan massa pendukung Donald Trump menyerbu Gedung Capitol pada Rabu (6/1/2021) saat Mike Pence membuka prosesi sertifikasi kemenangan Joe Biden dalam pemilu AS 2020. 

Para pengunjuk rasa memenuhi lingkungan luar hingga menerobos masuk kantor Kongres dengan merusak jendela yang ada. 

Baca juga: Terungkap, Wanita Pendukung Trump yang Tewas di Gedung Capitol Ditembak Polisi

"Demo AS ini lebih parah dari Indonesia malah," ujar Kepala Program Studi Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Shofwan Al-Banna kepada Kompas.com pada Kamis (7/1/2021). 

"Lebih mengejutkan karena demo di Indonesia enggak sampai menduduki gedung DPR, tapi di demo AS ada di jalan sampai di dalam (Gedung Capitol). Ini mengejutkan sekali memang bahwa Trump itu tidak akan menyerah begitu saja mengakui hasil pemilu AS," lanjutnya. 

Baca juga: Trump Sempat Tak Ingin Kerahkan Tentara untuk Redam Kerusuhan di Gedung Capitol

Demo AS di Gedung Capitol yang sampai mengganggu jalannya sertifikasi kemenangan Biden dan terjadi baku tembak yang menelan korban, disebut Shofwan merupakan peristiwa yang sangat mengejutkan.

Setidaknya 4 orang dilaporkan tewas dalam kerusuhan Capitol Hill, Washington DC, Amerika Serikat (AS), menurut pemberitaan Kompas.com sebelumnya. 

Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana menjelaskan bahwa sebenarnya kerusuhan usai pemilu biasa terjadi di berbagai negara, tidak hanya di Indonesia maupun AS. 

Baca juga: Pakar: Donald Trump Kunci di Balik Kerusuhan Gedung Capitol

Hikmahanto mengatakan sudah umum kubu politik yang kalah pemilu dan tidak terima hasilnya, maka akan melakukan aksi protes serta menyerang sejumlah institusi/lembaga yang berwenang. 

"...untuk mendesak supaya keputusan itu dapat diubah seperti yang diharapkan. Kalau di Indonesia seperti di MK, atau kalau pada 1998 itu (menyerang) DPR," ucap Hikmahanto kepada Kompas.com pada Kamis (7/1/2021).

"Tapi, umumnya (kerusuhan) terjadi di negara-negara yang belum mapan demokrasinya. Bahkan, disebuat juaranya untuk urusan demokrasi," tambahnya.  

Baca juga: Penyerbuan Capitol Hill, 4 Orang Dilaporkan Tewas

Amerika Serikat oleh masyarakat internasional dipandang sebagai negara dengan demokrasi mapan, bahkan menjadi acuan demokrasi banyak negara.

Namun, kerusuhan belakangan ini di Amerika pasca-pemilu telah menggoyahkan padangan itu. 

"Dimulai ketika Trump sudah merasa dicurangi. Sehingga ia melakukan berbagai upaya (protes hasil pemilu)," ucapnya. 

Baca juga: Penyerbuan Capitol Hill, 4 Eks Presiden AS Kompak Serang Trump

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com