WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sejumlah menteri Presiden AS Donald Trump dilaporkan sudah berdiskusi untuk menyingkirkan bosnya dari Gedung Putih.
Kabar ini muncul buntut kerusuhan yang terjadi di Washington DC, saat massa pendukung presiden menyerbu Gedung Capitol.
Saat itu, tengah berlangsung agenda pengesahan sertifikat hasil suara Pilpres AS 2020 yang memenangkan Joe Biden.
Baca juga: Demo AS Rusuh, Seruan agar Trump Dimakzulkan Kembali Muncul
Kerusuhan itu terjadi setelah Trump, yang masih mengeklaim kemenangan di Pilpres AS, memerintahkan pendukungnya untuk menyerbu Capitol.
Karena itu, media AS CBS News memberitakan bahwa sejumlah anggota kabinet mulai mendiskusikan cara menghentikan presiden 74 tahun itu.
"Saya berbicara mengenai menteri yang saat ini masih aktif di dalam kabinet," jelas moderator Face the Nation, Margaret Brennan.
Ide yang muncul adalah menggunakan Amendemen 25 Konstitusi AS sebagai jalan untuk melengserkan Trump dari Gedung Putih.
Amendemen 25 diaktifkan jika wakil presiden membuat dukungan bersama mayoritas anggota kabinet dan politisi di Kongres.
Bersama, mereka mendeklarasikan bahwa Presiden AS dinyatakan tidak mampu untuk menjabat, sehingga digantikan oleh wakilnya.
Baca juga: Para Pemimpin Partai Republik Marah, Berbalik Meminta Trump Segera Disingkirkan
Diberitakan Daily Mail Kamis (7/1/2021), dibutuhkan setidaknya 16 anggota kabinet untuk mengaktifkan amendemen tersebut.
Hanya saja, tantangan muncul karena beberapa posisi di kabinet Trump diisi oleh karteker yang belum disahkan Senat AS.
Yang terbaru adalah Menteri Pertahanan Mark Esper dipecat, dan Jaksa Agung Bill Barr mundur setelah berseteru dengan si presiden.
Desakan agar presiden ke-45 AS itu dimakzulkan mengemuka melalui seruan, mulai dari pejabat publik hingga asosiasi pengusaha.
Jaksa Agung untuk District of Columbia, Karl Racine, menyerukan agar Wakil Presiden Mike Pence mengatur kabinet dan mengaktifkan Amendemen 25.
"Apakah kalian suka Wakil Presiden Pence atau tidak, faktanya adalah dia lebih layak untuk posisi ini," kata Racine kepada CNN.
Baca juga: Trump Sempat Tak Ingin Kerahkan Tentara untuk Redam Kerusuhan di Gedung Capitol