Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembersihan Berkurang, Ranjau Sisa Perang Terus Memakan Korban saat Pandemi

Kompas.com - 13/11/2020, 20:24 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Sumber Xinhua

JENEWA, KOMPAS.com - Tercatat masih ribuan orang yang tewas dan luka-luka setiap tahunnya akibat ranjau darat dan senjata peledak dalam konflik di seluruh dunia, setelah pandemi Covid-19 membuat upaya pembersihan ranjau terpaksa harus dikurangi.

Hal tersebut dipaparkan dalam laporan masyarakat sipil yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang ranjau darat pada Kamis (12/11/2020).

Menurut laporan bertajuk "Landmine Monitor 2020" tersebut, 2019 menjadi tahun kelima berturut-turut yang mencatatkan jumlah korban jiwa tinggi akibat penggunaan sembrono ranjau antipersonel dan ranjau antikendaraan, termasuk tipe rakitan, serta sisa-sisa bom tandan dan bahan peledak sisa perang (explosive remnants of war/ERW) lainnya.

Baca juga: ISIS Klaim Serangan Bom Jeddah, Mengaku untuk Protes ke Perancis

Angka tinggi yang tercatat sejak 2014 ini sebagian besar akibat tingginya jumlah korban di negara-negara yang sedang menghadapi konflik bersenjata intensif dan melibatkan penggunaan ranjau rakitan besar-besaran, urai laporan.

Pada 2019, sedikitnya tercatat 5.554 orang korban ranjau/ERW, termasuk 2.170 korban tewas, 3.357 korban luka, dan 27 orang dengan status keselamatan yang tidak diketahui.

Walaupun total korban pada 2019 mengindikasikan penurunan dari 2018 yang mencatatkan 6.897 korban ranjau/ERW, angka tersebut masih 60 persen lebih tinggi daripada angka tahunan terendah sebesar 3.457 korban jiwa yang tercatat pada 2013.

Baca juga: Sehari Usai Bom Jeddah, Kedubes Arab Saudi di Belanda Ditembaki

Terkait dampak virus corona, laporan tersebut memaparkan bahwa merebaknya pandemi pada awal 2020 "mengakibatkan serangkaian kendala baru yang tidak diantisipasi," yang membuat komunitas aksi ranjau harus beradaptasi agar dapat tetap fokus dalam mengakhiri penderitaan yang disebabkan oleh ranjau darat.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com