Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Wanita Ditangkap dalam Demonstrasi "Sparkly March" di Belarus

Kompas.com - 20/09/2020, 16:59 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

MINSK, KOMPAS.com - Polisi anti huru hara menahan ratusan wanita yang berpartisipasi dalam unjuk rasa di ibu kota Belarusia, Minsk, menuntut diakhirinya pemerintahan Presiden Alexander Lukashenko.

Melansir The Guardian, Minggu, (20/9/2020) sekitar 2.000 wanita turun ke jalan dan bergabung dalam "Sparkly March", mengenakan aksesoris mengkilap dan membawa bendera merah-putih gerakan protes.

Para demonstran meneriakkan slogan-slogan seperti "Keluar, Anda (Lukashenko) dan polisi anti huru hara Anda!" dan "Kami yakin kami bisa menang!"

Salah satu plakat bertuliskan, "Protes kami berwajah perempuan", referensi ke judul buku populer karya pemenang Hadiah Nobel Belarusia Svetlana Alexievich, yang mendukung perjuangan oposisi.

Baca juga: Presiden Belarus Hari Ini Temui Putin untuk Minta Dukungan Amankan Kekuasaan

Polisi memblokir para demonstran wanita itu dan mulai menyeret mereka ke dalam mobil polisi ketika mereka berdiri dengan tangan saling bergandengan. Polisi dengan cepat menahan beberapa ratus wanita, menurut koresponden AFP di lokasi.

Demonstrasi itu merupakan yang terakhir dari serangkaian unjuk rasa sejak pemilihan presiden 9 Agustus lalu.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis sebelum unjuk rasa para wanita itu, oposisi pemerintah yang melarikan diri untuk berlindung ke Lithuania, Tikhanovskaya memuji "keberanian para wanita Belarus."

"Mereka berunjuk rasa meski terus-menerus diancam dan berada di bawah tekanan," ujar Tikhanovskaya.

Baca juga: Terus Didesak Mundur, Presiden Belarus Akan ke Rusia Minta Bantuan Putin

Kelompok hak asasi Viasna mempublikasikan nama-nama 328 wanita yang ditahan secara online, sementara Juru bicara polisi Olga Chemodanova mengatakan kepada AFP bahwa jumlah yang ditahan akan diumumkan pada hari ini.

Di antara mereka yang ditahan pada hari Sabtu kemarin adalah Nina Baginskaya, seorang aktivis berusia 73 tahun yang telah menjadi salah satu tokoh paling terkenal dari gerakan protes. Polisi membebaskannya di luar kantor polisi tidak lama kemudian.

Polisi menahan begitu banyak pengunjuk rasa sehingga mereka kehabisan ruang di dalam van, dan membebaskan sekitar 10 wanita.

Ambulans juga dipanggil setelah beberapa wanita dilaporkan sakit selama penahanan.

Baca juga: Presiden Lukashenko: Jika Belarus Tumbang, Rusia Selanjutnya

Dalam 41 hari terakhir, aksi penindasan aparat pemerintah Belarus terhadap warga sipil terus meningkat.

Puluhan ribu warga Belarus turun ke jalan menggencarkan aksi protes atas kecurangan pemilu presiden Aleksander Lukashenko dan aksi kekerasan yang dilakukan aparat.

Menurut laporan Human Rights Watch (HRW) organisasi internasional yang memantau hak-hak asasi manusia secara global, sebanyak 17 negara dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) menggagas penyelidikan pakar yang independen terhadap penyiksaan dan penindasan di Belarus pada Kamis kemarin (17/9/2020).

Baca juga: Mereka Dipaksa Berlutut dan Setengah Telanjang, Kisah Kebrutalan Aparat di Belarus

Tindakan represi dimulai sejak malam pemilihan presiden Belarus pada 9 Agustus lalu. Beberapa hari pertama setelah pemungutan suara, polisi anti huru-hara menangkap hampir 7.000 pemrotes dan memukuli serta melakukan tindakan penyiksaan lainnya terhadap ratusan orang.

Pihak berwenang menangkap dan mendeportasi puluhan jurnalis. Selain penyiksaan, aparat juga melakukan kekerasan seksual dan mengancam akan memecat para pemrotes yang ditahan dari pekerjaan mereka karena telah melakukan demonstrasi.

Penangkapan sempat menurun namun beberapa hari terakhir terus meningkat lagi. Aparat menahan ratusan orang di seluruh negeri itu termasuk pelajar, aktivis HAM terkemuka, menangkapi mereka dari rumah, tempat kerja dan menuduh mereka telah berpartisipasi dalam protes.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com