Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Monica, Transpuan di Panama yang Dilecehkan Selama Lockdown Virus Corona

Kompas.com - 19/05/2020, 21:27 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

PANAMA CITY, KOMPAS.com - Lockdown di Panama diberlakukan dengan ketat, dengan laki-laki diizinkan keluar satu hari dan perempuan di hari berikutnya. Tetapi kebijakan ini telah digunakan oleh beberapa orang sebagai alasan untuk melecehkan sejumlah transpuan.

Monica dapat memasak dengan baik. Seperti banyak orang, selama lockdown dia telah membuat makanan-makanan yang rumit untuk mengalihkan perhatiannya selama karantina.

Pada suatu Rabu di bulan lalu, Monica berencana membuat ayam berbumbu dengan saus tomat pedas dan nasi.

Baca juga: Ferdian Paleka Ungkap Alasan Sasar Transpuan Buat Video Prank Sembako Sampah

Dia sudah memiliki sebagian besar bahan, tetapi membutuhkan ayam.

Jadi dia meninggalkan rumahnya di dekat bandara Panama City yang dia tinggali bersama keluarga besarnya untuk pergi ke toko.

Dia melewati sekelompok perempuan dalam perjalanan, beberapa dari mereka berjalan dengan anak-anak mereka.

Hari itu lebih tenang daripada biasanya karena pemerintah baru saja memperkenalkan langkah baru untuk menghentikan penyebaran virus corona, yang memungkinkan perempuan meninggalkan rumah untuk berbelanja pada hari Senin, Rabu dan Jumat, dan laki-laki pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu.

Pada hari Minggu, setiap orang harus tinggal di rumah.

Monica berjalan ke toko itu.

Dia mengenal keluarga beretnis Tionghoa yang memiliki toko itu dengan baik. Mereka mengaguminya.

Baca juga: Pelatihan Keterampilan bagi Kelompok Transpuan, Upaya Memanusiakan Manusia

Tapi saat dia masuk, suasananya berubah. Pemilik toko mendekatinya diam-diam, wajahnya tidak menyunggingkan senyum, yang biasa dilihatnya.

"Kami tidak bisa melayanimu, Monica," katanya. "Polisi mengatakan kami hanya bisa melayani perempuan hari ini. Mereka berkata, 'Bukan maricon.'"

Maricon adalah istilah transfobia, yang bermakna menghina, dan itu membuat Monica bergidik, tetapi pada saat yang sama, itu tidak mengejutkan.

Polisi di lingkungannya telah menargetkan dia sebelumnya karena ia adalah transpuan.

Monica mulai pergi ke sekolah dengan berpakaian seperti anak perempuan sejak usia 12 tahun. Dia tidak pernah merasa seperti anak laki-laki, dan sekarang dia ingin terbuka tentang identitasnya.

Baca juga: Ferdian Paleka: Saya Minta Maaf kepada Rakyat Indonesia dan Transpuan yang Saya Prank

Berpenampilan seperti perempuan tidak akan berdampak pada keluarganya - yang kehidupannya sudah cukup sulit.

Kepolisian mengecek dokumen dari sopir selama penerapan lockdown mencegah virus corona di Panama City, Panama, pada 31 Maret 2020.REUTERS PHOTO/ERICK MARCISCANO Kepolisian mengecek dokumen dari sopir selama penerapan lockdown mencegah virus corona di Panama City, Panama, pada 31 Maret 2020.

"Ayahku lelaki macho," kata Monica. "Dia tidak membutuhkan alasan untuk memukuli saya, dua saudara perempuan saya, atau ibu kami."

Monica berangsur-angsur mulai mengatur rambutnya seperti seorang perempuan dan mengenakan pakaian yang lebih pas di badannya.

Di sekolah dia diejek karena penampilannya yang feminin, jadi dia selalu menjaga dirinya sendiri. Setidaknya saudara perempuan dan ibunya selalu mencintainya.

Kemudian, ketika dia berusia 14 tahun, ayahnya meninggal secara tak terduga dan keluarganya kehilangan satu-satunya sumber penghasilan mereka.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com