Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditjen Vokasi Beri Dukungan untuk Program Perempuan Inovasi 2024

Kompas.com - 11/05/2024, 11:18 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Memasuki era revolusi industri 4.0, keterampilan di bidang Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM) semakin dibutuhkan generasi muda di Indonesia.

Namun, jumlah perempuan di bidang STEM sendiri masih cukup kecil. Di Indonesia, jumlah perempuan yang bekerja di bidang teknologi hanya sebesar 27 persen, akademisi perempuan di institut teknologi sebesar 35,7 persen, dan dokter perempuan yang menempuh pendidikan spesialis sebesar 41,6 persen.

Dalam upaya mendukung pengembangan potensi generasi muda Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Republik Indonesia (Ditjen Vokasi Kemendikbud Ristek) terus memperkuat komitmennya.

Baca juga: Optimalkan Industri MICE, SDM Vokasi dan Teknologi Pegang Peranan Terpenting

Tingkatkan kompetensi keterampilan digital para perempuan

Bentuk konkrit yang dilakukan adalah memberdayakan anak-anak perempuan Indonesia agar mampu bersaing secara global, salah satunya dengan kerja sama dengan Markoding (Yayasan Daya Saing Anak Bangsa) yang telah menghasilkan program Perempuan Inovasi 2024 dan resmi diluncurkan, Rabu (8/5/2024) lalu.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbud Ristek, Dr. Ir. Kiki Yuliati mengatakan, diperlukannya kerja sama antara multi sektoral untuk mendukung pemberdayaan perempuan Indonesia, khususnya pada bidang STEM.

"Dalam pemberdayaan anak bangsa, terutama di Indonesia, dibutuhkannya kerja sama multri sektoral antara pemerintahan dan sektor lainnya. Melalui kerja sama ini, kami terus berusaha untuk meningkatkan peran perempuan dalam dunia teknologi dan inovasi, serta kesadaran terhadap isu kesetaraan gender," terang Kiki .

Melalui kerja sama ini, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi juga berusaha untuk meningkatkan kompetensi keterampilan digital bagi para peserta didik perempuan, serta pendidik vokasi melalui program Perempuan Inovasi 2024.

Baca juga: Kemendikbud Buka Program S3 Terapan, Jenjang Vokasi Kian Lengkap

Perempuan dapat bersaing di dunia industri

Di Indonesia sendiri, jumlah peserta didik vokasi berdasarkan gender, di mana murid laki-laki dan perempuan memiliki angka dengan persentase yang hampir sama.

Kiki menambahkan, dari 4,99 juta murid SMK pada tahun ajaran 2023/2024, dan sebanyak 2,14 juta merupakan jumlah murid perempuan.

"Akan tetapi, untuk bidang studi yang terkait dengan STEM, masih didominasi oleh murid laki-laki. Hal ini didukung oleh stigma publik yang membuat peserta didik memilih jurusan atau bidang pendididkan berdasarkan gender, dibandingkan minat dan bakat setiap peserta didik," tambahnya.

Kiki mengungkapkan, pendidikan vokasi memiliki peran penting dalam mengembangkan anak untuk dapat bersaing di dunia industri, termasuk para perempuan.

Menurut dia, vokasi sebagai pendidikan yang menitikberatkan pada penguasaan keahlian atau keterampilan terapan tertentu, menjadi pemegang peran kunci dalam membekali setiap anak bangsa, baik laki-laki maupun perempuan.

"Agar bisa terjun langsung dalam dunia kerja atau indsustri, hingga bersaing secara global di masa depan, termasuk dalam bidang STEM," terang Kiki.

Kolaborasi dan program yang diluncurkan ini juga dapat meningkatkan kesempatan bagi perempuan dalam mengembangkan potensi mereka di sektor STEM.

"Serta dapat memperluas pandangan mereka dalam melihat kesempatan yang ada, dan dapat bergabung di industri STEM," tandas Dr. Ir. Kiki Yulianti.

Baca juga: 77 Pendidikan Tinggi Vokasi Jalin Kemitraan dengan 31 Industri dari China

Hal yang sama juga disampaikan oleh Dian Sastrowardoyo, founder dari Yayasan Dian Sastrowardoyo, di mana pendidikan vokasi memiliki peran penting dalam memberdayakan perempuan, khususnya dalam divertifikasi peserta didik.

"Kita harus mengingat bahwa pendidikan vokasi itu membekali peserta didik baik dari sisi praktikal, tapi juga ada pengetahuan mendalam (teoritikal). Karena kalau kita bayangkan, persaingan itu tidak hanya memikirkan lokal market. Tetapi kita juga harus memikirkan bahwa tenaga kerja Indonesia itu bisa bersaing secara internasional. Hal ini membuat diperlukannya divertifikasi pelatihan vokasi yang beragam," ujar Dian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com