Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Noval, Anak Satpam yang Dapat 5 LoA Kampus Luar Negeri

Kompas.com - 02/05/2024, 15:33 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Mahar Prastiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kisah perjuangan untuk kuliah di luar negeri, datang dari Naufal Badi Alam. Siswa kelas 12 SMA Sains Wahid Hasyim Yogyakarta berhasil mendapatkan lima Letter of Acceptance (LoA) dari kampus luar negeri.

Usaha ini, ia dapatkan buah hasil mengikuti Beasiswa Indonesia Maju (BIM) persiapan ke luar negeri.

Naufal bisa menjadi awardee BIM Angkatan 3 yang memiliki berbagai prestasi ajang talenta di bidang riset dan inovasi. Kini ia sedang mengikuti seleksi ke tahap beasiswa bergelar.

Naufal adalah anak dari ayah yang bekerja sebagai satpam dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.

Naufal ingin membuat orangtuanya bangga dengan capainnya ini. Ia seorang santri yang tinggal di pondok pesantren selama 6 tahun.

"Normalnya kalau santri sangat lekat dengan stereotip sebagai seseorang yang hanya bisa mengaji. Padahal, sebenarnya santri lebih dari itu, dengan menjadi santri saya tidak hanya bisa mengabdi kepada kyai, tapi juga bisa berprestasi di bidang riset dan inovasi," ujar Naufal dilansir dari laman Kemendikbud.

Baca juga: Kisah Aulia, Lulus Spesialis Dokter UGM Usia 27 Tahun dengan IPK 4,00

Sejak kecil, Naufal selalu bermimpi untuk dapat berkuliah di luar negeri. Ia banyak membeli buku tentang kehidupan mahasiswa di luar negeri, cara mendapatkan beasiswa ke luar negeri, dan menonton berbagai konten kreator yang kuliah di luar negeri.

"Rasanya seperti mustahil untuk mencapai itu semua dikarenakan biaya yang mahal untuk kuliah ke luar negeri. Akan tetapi, mimpi tetaplah akan menjadi mimpi dan halusinasi jika kita tidak memiliki usaha dalam meraihnya," ucapnya.

Dengan berbasis media digital, Ia mencari informasi tentang beasiswa kuliah di luar negeri.

Satu hal yang ia ingat bahwa semua beasiswa cenderung menerima siswa yang memiliki gairah, tekad dan prestasi akademik atau non akademik yang baik selama di masa sekolah.

Baca juga: Kisah Mantan Satpam hingga Sopir yang Ikut Kelola Perpus di Untirta

Naufal mengungkapkan, bahwa ketika memasuki SMA, ia memiliki ambisi yang sangat kuat untuk meraih prestasi di berbagai kompetisi riset dan inovasi.

Ia menambahkan, bahwa alasannya memilih bidang sosial karena dapat melatih dirinya sendiri.

"Itu alasan saya memilih bidang tersebut karena di bidang tersebut melatih kita untuk tidak hanya sekadar pintar, tetapi juga melatih kita untuk memiliki jiwa kepekaan yang sangat tinggi dan memiliki keinginan besar untuk menyelesaikan berbagai permasalahan masyarakat yang ada, terutama saya sendiri memfokuskan riset saya di bidang sosial," tutur Naufal.

Mulai ikuti perlombaan

Perjalanan prestasi Naufal dimulai ketika dirinya mengikuti Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) pada tahun 2022. Ia ingat jika bulan Desember 2021, gurunya menawarkan beasiswa penelitian OPSI dari Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemprov DIY).

"Saya melihat ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk saya, rasanya sangat rugi jika disia-siakan. Dalam dua minggu, saya membuat proposal dan mengajak teman saya untuk menjadi partner peneliti yang menghasilkan proyek ‘Analisis Kinerja Manajemen Marketing Produk UMKM Dengan Pengaplikasian Big Data Menggunakan Metode Klastering K-MEANS di Kabupaten Sleman’,” ungkap Naufal.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com