Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kipin Max Hadirkan Inovasi Asesmen Digital Tanpa Internet

Kompas.com - 03/04/2024, 14:27 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Makarim menaruh harapan besar pada Kurikulum Merdeka untuk memberikan terobosan dalam dunia pendidikan Indonesia.

Kurikulum Merdeka memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dalam mengembangkan kurikulumnya sendiri. Sekolah dapat memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks lokal.

Untuk mendukung itu, Kurikulum Merdeka yang baru saja dideklarasikan sebagai Kurikulum Nasional minggu lalu didukung platform Merdeka Mengajar sebagai referensi bagi guru untuk mengembangkan praktik belajar secara mandiri dan berbagi praktik baik.

Namun di sisi lain, kesenjangan pendidikan menjadi kendala dari pengimplementasian Kurikulum Merdeka. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sistem dan fasilitas pendidikan di daerah dan kota. Utamanya kendala klasik: akses internet yang masih terjadi dimana-mana.

Dalam acara sosialisasi Desa Cerdas di Universitas Islam Malang (Unisma) pada 21 Maret 2023, Kepala BPI Kemendes mengatakan dari 81.000 di Indonesia, hanya 52.000 desa yang ada internet.

Fakta terkait kendala akses internet juga diungkap melalui hasil survei yang dilakukan Segara Research Institute (12/5/2023).

Survei kepada ribuan kepsek, guru dan dosen yang tersebar di seluruh Indonesia, separuh responden mengaku mengalami kendala disebabkan lemahnya jaringan internet sehingga belum bisa memanfaatkan platform Kemendikbudristek karena kendala internet.

Lepas dari kendala internet, sesungguhnya digitalisasi pembelajaran menjadi pilihan tepat yang memberikan pengaruh positif dalam kualitas pembelajaran.

Dengan memanfaatkan sistem digital maka memperbesar kemungkinan sumber pembelajaran untuk didapatkan/diakses dengan lebih praktis, lebih mudah dan jauh lebih murah.

Demikian pula dengan kegiatan evaluasi pembelajaran secara digital akan mampu memenuhi kebutuhan pemetaan pembelajaran sehingga guru dapat merancang sistem pembelajaran selanjutnya yang lebih tepat untuk siswa mereka.

Baca juga: Asesmen Madrasah 2024 Segera Digelar, Simak Jadwalnya

Evaluasi pembelajaran yang idealnya dilaksanakan sesering mungkin pada setiap kali kegiatan belajar usai, pada kenyataannya hanya dapat dilaksanakan beberapa kali aja dalam satu semester.

Alasannya, sekolah harus mempertimbangkan biaya besar yang terjadi untuk setiap pelaksanaan ujian, contoh sederhana di antaranya untuk penggandaan kertas soal. Penyelenggaraan ujian dinilai memakan waktu lama di mana guru harus menyiapkan soal, menjaga, dan mengoreksi hasil ujian yang melelahkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com