Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar UI: Lewat Informasi Genetik Bisa Lihat Seorang Terkena Kanker

Kompas.com - 13/02/2024, 17:06 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Guru Besar Mikrobiologi Klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Prof. Amin Soebandrio W. Kusumo membahas pentingnya informasi genetik dalam terapi dan pengobatan kanker.

Dengan adanya informasi genetik, para dokter bisa mengidentifikasi adanya gen-gen tertentu atau terjadinya mutasi gen yang dapat meningkatkan risiko serangan kanker.

Baca juga: 5 Dampak Negatif Merokok bagi Remaja, Merusak Gigi hingga Kanker

"Dengan adanya informasi genetik tersebut, para dokter dapat memberikan terapi dan pengobatan kanker yang lebih presisi," kata dia dalam keterangan resminya dalam seminar khusus membahas pengobatan presisi di Indonesia, Selasa (13/2/2024).

Acara seminar itu digelar oleh Fakultas Kedokteran President University, dengan salah satu sumber Prof. Amin. Lalu ada, Dekan FK President University Prof. Budi Setiabudiawan, Pendiri President Unversity, SD Darmono, dan Ketua Umum Asosiasi Genomik Indonesia, Ivan Rizal Sini.

Lanjut Prof. Amin menyatakan, pendekatan ini tentu bisa meningkatkan efektivitas obat dan mengurangi dampak sampingnya. Hasilnya tentu akan lebih baik bagi masyarakat. Informasi genetik ini akan merevolusi terapi dan pengobatan kanker.

Terapi dan pengobatan ini menjadi sangat penting karena, menurut WHO, kanker masih menempati urutan pertama pembunuh manusia di dunia.

Masih menurut WHO, tiga kanker yang paling mematikan adalah kanker paru-paru (1,8 juta kematian atau 18,7 persen dari total kematian akibat kanker), kanker kolokteral (900.000 atau 9,3 persen), dan kanker hati (760.000 atau 7,8 persen).

Dengan adanya informasi genetik, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mendapatkan terapi dan pengobatan yang lebih presisi, di antaranya:

  • Penilaian risiko yang bersifat personal.
  • Upaya deteksi dan pencegahan dini.
  • Melalui rencana pengobatan yang disesuaikan berdasarkan susunan genetik individu.
  • Mengurangi efek samping pengobatan, meningkatkan khasiat pengobatan.
  • Tindak lanjut perawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang semuanya berdampak pada peningkatan hasil pengobatan dan kualitas hidup pasien.

Baca juga: Guru Besar UI: Deteksi Dini Kanker Perlu Serius Dilakukan Masyarakat

Ivan Rizal memaparkan potensi industri genomik yang saat ini masih tumbuh dengan lambat.

Selama tahun 2022 hingga 2023, mengutip data National Human Genom Research Institute (NHGRI), pasar genomik naik dari 44,6 miliar dollar AS menjadi 46,2 miliar dollar AS atau hanya tumbuh 3,6 persen.

Meski begitu pada 2028 pasar genomik diperkirakan akan melesat menjadi 83,1 miliar dollar AS, atau tumbuh rata-rata 12,4 persen per tahun.

Selain membahas soal industri, Ivan juga memaparkan beberapa isu tentang pentingnya informasi genetik.

Misalnya, soal pentingnya Polygenic Risk Scoring (PRS). PRS adalah cara agar masyarakat dapat mengetahui risiko terkena suatu penyakit tertentu, atau beberapa penyakit sekaligus, berdasarkan akumulasi perubahan yang terkait dengan penyakit tersebut.

Baca juga: Guru Besar ITB: Tempe Bisa Cegah Kanker

"Perubahan tersebut bukan hanya perubahan pada salah satu atau beberapa gen mereka, tetapi juga perubahan yang dipengaruhi oleh faktor eksternal," tutup Ivan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com