Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Budaya Patriarki Bikin Peran Pengasuhan Anak Makin Sulit

Kompas.com - 07/11/2023, 14:38 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Budaya patriarki yang mengharuskan ayah sebagai tulang punggung keluarga dan ibu sepenuhnya mengurus rumah tangga berlaku umum di keluarga Indonesia. 

Kemampuan biologis untuk hamil dan melahirkan membuat peran pengasuhan melekat pada perempuan, sedangkan peran mencari nafkah menjadi tugas laki-laki sebagai ayah. 

Pembagian peran ibu dan ayah yang didasari kondisi biologis sering memunculkan permasalahan di dalam praktik pernikahan karena ibu turut bekerja. 

Peneliti Southeast Asian Ministers of Education Organization Center of Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP) Assila Prianggi HB mengatakan, parameter keberhasilan seorang ayah diukur dari gaji. 

Sementara itu, keberhasilan seorang ibu dinilai dari perannya mengatur dan mengelola rumah termasuk pengasuhan anak.

Baca juga: Patriarki Sebabkan Keterwakilan Perempuan dalam Politik Tak Maksimal

Ibu yang pintar memasak, menjaga kebersihan dan kerapihan rumah, serta dengan sabar dan lemah lembut mengurus anak dan suami adalah sosok ibu ideal dalam narasi patriarki,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (2/11/2023). 

Lebih dari itu, meski ibu mengambil peran untuk mencari nafkah, masyarakat patriarki tetap menganggap ayah tidak kompeten untuk mengasuh anak sehingga anak dirasa lebih baik dititipkan pada ibu mertua atau ibu kandung. 

Assila menyebutkan, label tidak kompeten serta tekanan sosial menimbulkan rasa malu dan hilang harga diri ayah untuk mengambil alih peran pengasuhan. 

Peran pengasuhan ayah dalam budaya patriarki

Penelitian dari Afriliani, Adriany, dan Yulindrasari (2021) tentang fenomena ibu sebagai pekerja migran perempuan (PMP) menunjukkan fenomena menarik terkait peran pengasuhan ayah dalam budaya patriarki.

Baca juga: Menilik Budaya Patriarki di Indonesia

Penelitian itu menemukan para istri di satu wilayah Kabupaten Sukabumi yang memilih menjadi pencari nafkah demi meningkatkan kesejahteraan keluarga. Tiga orang ayah yang mengasuh anak di rumah dipilih menjadi responden. 

Salah seorang responden berkata bahwa pada awalnya dia merasa malu karena ada tekanan sosial yang menilai laki-laki tidak pantas mengasuh anak. 

Namun, dia tidak memiliki pilihan lain untuk mengambil peran pengasuhan karena orangtua dan mertuanya sudah tua sehingga tidak dapat diberi tanggung jawab mengasuh anak.

Seiring berjalannya waktu, para ayah ini semakin merasa kompeten dan percaya diri ketika mengasuh anak-anak mereka.

Ayah mampu menyuapi makan, mengawasi penggunaan gadget, membatasi asupan jajan yang tidak bergizi, sampai mengantar-jemput sekolah.

Baca juga: Patriarki dan Kekerasan terhadap Perempuan Adat

Assila mengatakan, temuan itu menarik karena setelah terjadi perubahan struktur keluarga yang “memaksa” pertukaran peran ayah dan ibu. Sebab, ayah ternyata bisa menjaga, merawat, dan menjalankan tugas-tugas pengasuhan. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com