Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Budaya Patriarki Bikin Peran Pengasuhan Anak Makin Sulit

Kompas.com - 07/11/2023, 14:38 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

“Sayangnya, posisi ibu bekerja sebagai tulang punggung tidak lantas mengubah hierarki keluarga dalam budaya patriarki. Ibu sebagai pencari nafkah utama tetap sebagai ‘pembantu’ perekonomian keluarga,”  ujarnya.

Kondisi pemaksaan ini terbukti tidak hanya merugikan perempuan, tetapi juga laki-laki. 

Assila yang berpengalaman menjadi guru taman kanak-kanak (TK) selama sembilan tahun mengatakan, melekatnya peran pengasuhan pada perempuan juga dialami guru-guru yang bekerja. 

Dia menceritakan, seorang ayah dari muridnya yang bernama Adi menggantikan peran ibu bekerja mengeluhkan pandangan nyinyir karena dirinya tidak bekerja.

Baca juga: Menteri PPPA: Patriarki Kuat, Kesetaraan Gender Masih Jauh dari yang Kita Cita-citakan 

Pada saat pelaporan tumbuh kembang anak, ayah Adi terlihat nyaman dan luwes bergabung dengan para ibu sambil membicarakan hasil laporan anak-anak mereka. 

“Sayangnya, karena keluwesannya ayah Adi sering jadi bulan-bulanan para guru ketika dengan sabar dan telaten mengantar jemput Adi serta berkumpul dengan ibu-ibu yang lain,” katanya. 

Assila mengatakan, ketika ayah Adi memilih bersikap permisif terhadap pola makan Adi, guru-guru di TK yang semuanya perempuan menyalahkannya. Mereka menilai kesalahpahaman terjadi dia adalah laki-laki yang tidak dapat mendisiplinkan anak. 

Tanpa ada diskusi dan bimbingan tentang pola makan sehat, guru-guru memandang Ayah Adi secara alami tidak mampu memahami kebutuhan makan anak sehat. 

“Dari sudut pandang ini hegemoni patriarki juga merugikan laki-laki dan anak,”  jelasnya.

Baca juga: Review Film Yuni, Remaja yang Terkurung dalam Budaya Patriarki

Assila menegaskan, budaya patriarki yang melekat kuat di masyarakat Indonesia adalah hasil konstruksi gagasan superioritas laki-laki yang dilakukan sepanjang sejarah manusia. 

“Budaya ini diturunkan dari generasi ke generasi, hingga terinternalisasi menjadi sesuatu yang alamiah. Laki-laki yang tidak bisa mengasuh adalah sesuatu yang alamiah,”  ungkapannya. 

Sementara itu, budaya patriarki menganggap perempuan yang mencari nafkah melanggar ketentuan alamiahnya. 

Tidak hanya itu, kekusutan pembagian kerja dari framework patriarki juga menimbulkan stigma negatif yang merugikan laki-laki atau ayah itu sendiri, bahkan tumbuh kembang anak yang ikut dikorbankan. 

Sebab, ketika ayah memilih untuk mengasuh, selalu ada stigma negatif yang dimunculkan lingkungan.

Baca juga: Angkatan Kerja Perempuan Masih Rendah, Menaker: Budaya Patriarki Masih Mengakar

“Untungnya, Hegemoni patriarki dari kelompok penguasa yang secara tidak sadar diterima karena pengulangan cerita yang berabad-abad dilakukan tidak melulu kokoh tanpa tantangan,”  ujarnya. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com