Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Unwahas: Ketahanan Pangan Indonesia Belum Maksimal

Kompas.com - 05/11/2023, 19:40 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Dosen Universitas Wahid Haysim (Unwahas) Semarang, Dr. Nugroho Widiasmadi mengaku, berdasarkan laporan Global Food Security Index (GFSI) tahun 2022 menyatakan ketahanan pangan Indonesia masih belum maksimal, dengan indeks hanya mencapai 60,2 yang berarti kalah dari beberapa negara tetangga.

Bahkan, saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan lapangan yang fokus pada ketahanan pangan di Desa Ciasem Girang, Ciasem, Subang, Jawa Barat, menyatakan masalah ketahanan pangan adalah isu yang sangat nyata dan memerlukan perhatian serius.

Baca juga: Cerita Adil, Pergi dan Pulang Sekolah Harus Jalan Sepanjang 800 Meter

Menurut Dr. Nugroho, masalah utama ketahanan pangan adalah ketersediaan pasokan dan kualitas nutrisi.

"Lonjakan impor beras tahun ini yang mencapai 3,5 juta ton menunjukkan bahwa ketahanan pangan harus dibangun di atas fondasi yang lebih kuat," ucap dia dalam keterangannya, Sabtu (4/11/2023).

Dia menyebut, ketergantungan pada impor pangan, terutama dari beberapa negara sumber impor, membuat Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga dan perubahan iklim seperti El Nino.

Untuk menghindari situasi yang terus berulang, sebut dia, Indonesia harus berupaya pada pembangunan ketahanan pangan yang berbasis kemandirian.

"Ini mencakup mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan kemampuan produksi pangan dalam negeri yang beragam," jelas pria yang menjadi peraih Kalpataru 2023 dari dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Baca juga: PB PGRI Cium Adanya Keterlibatan Kementerian dalam Hal KLB Ilegal

Dengan adanya inovasi teknologi Biosoildam MA-11 yang diciptakannya, maka akan menjadi pendorong perubahan positif dalam pertanian di Indonesia.

Lalu, lanjut dia, teknologi ini merupakan langkah menuju pertanian yang berkelanjutan, menggantikan metode kimia konvensional dengan praktik organik yang berkelanjutan.

Dia menambahkan, teknologi ini tidak hanya meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia berbahaya.

Baca juga: Meski Pernah Gagal, Hasbi Seorang Tunarungu Diterima Kuliah di Unpad

"Bisa juga mendukung pertanian yang lebih ramah lingkungan yang tahan hadapi iklim ekstrem seperti El Nino dan La Nina, baik kekeringan, hujan badai, serta banjir, karena dinding selnya lebih tebal," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com