Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di UMM, Ribuan Tokoh Antar Umat Beragama Serukan Persatuan

Kompas.com - 02/11/2023, 17:23 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Ada yang spesial pada perayaan Sumpah Pemuda ke-95 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (31/10/2023).

Sebab, UMM bekerjasama dengan Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKAUB) Malang menggelar talkshow Generasi Muda Lintas Agama dan Kepercayaan.

Pada acara tersebut dihadiri ribuan peserta dari 72 lembaga dengan latar belakang agama dan budaya yang berbeda.

Dilansir dari laman UMM, para peserta saling bahu-membahu memberikan penampilan yang mengangkat tema persatuan dan toleransi anak-anak muda.

Baca juga: Dosen Fisioterapi UMM: Ini Cara Mengatasi Saraf Kejepit

Turut hadir para pembicara nasional dalam talkshow tersebut. Yakni Kepala Staff Khusus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo.

Adapula Asisten Deputi Revolusi Mental Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI) Maman Wijayan.

Romo Benny menjelaskan bahwa penggunaan bahasa Indonesia menjadi salah satu faktor yang memperkuat keutuhan bangsa.

Menjadi kekuatan bagi masyarakat Indonesia untuk bersatu meski memiliki latar belakang suku, ras, serta agama yang berbeda.

"Komunikasi itu sangat penting. Kita punya satu bahasa pemersatu yakni bahasa Indonesia yang memiliki dampak rasa kekeluargaan yang sangat kuat. Kita ambil contoh India yang sampai saat ini masyarakatnya sulit bersatu karena tidak memiliki bahasa pemersatu seperti kita," katanya.

Romo Benny juga memberikan apresiasi tinggi pada UMM. Sebab, meski UMM merupakan kampus berbasis Islam, namun mampu mengimplementasikan kerukunan antar umat beragama.

Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya rasa eksklusif pada diri sivitas akademika UMM, termasuk para anak mudanya.

Semantara Maman menilai, kini generasi muda menghadapi tantangan pola pikir yang skeptis sekaligus memasuki era post truth.

Maka, ia mewanti-wanti agar para pemuda selalu waspada terhadap musuh-musuh ideologi pancasila. Termasuk musuh yang kini tidak ada wujudnya secara fisik, namun dapat membahayakan pola pikir.

"Kalau zaman dulu sebelum kemerdekaan, sudah jelas musuh kita adalah penjajah. Namun saat ini, musuh kita sudah bertransformasi menjadi penjajah yang tidak terlihat," ungkapnya.

"Saya mewakili Kemenko PMK RI harus mengatakan kepada kalian semua untuk tetap berhati-hati dengan ideologi transnasional," tegas dia.

Sebab, ideologi transnasional yang berbahaya tersebut dapat memunculkan berbagai pandangan-pandangan yang menciptakan kembali neo-komunisme serta neo-liberalisme.

Apalagi mengingat bahwa ideologi ini dapat mudah masuk ke anak-anak muda yang masih belum matang dalam alur logikanya.

Baca juga: Dosen UMM Ungkap Penyebab Anak Usia Dini Pakai Kacamata

"Maka, jangan bosan-bosan menambah ilmu dan memperkuat ideologi Pancasila. Pemikiran dengan alur logika yang kurang matang itu berbahaya. Apalagi jika tidak selektif dalam memilah informasi di era digital," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com