Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain El Nino, Pakar Unwahas Sebut 6 Penyebab Ini Perburuk Usaha Pertanian

Kompas.com - 11/10/2023, 20:11 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Dosen Teknik dari Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Dr. Nugroho Widiasmadi mengaku, El Nino telah mengancam ketahanan pangan akibat gagalnya usaha pertanian di beberapa wilayah di Indonesia.

El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Fenomena ini diprediksi masih akan terjadi hingga akhir Oktober 2023, sebelum berganti musim hujan pada November.

Baca juga: Siswa SMA Kolese De Britto Boleh Berambut Gondrong Mulai 1976

Selain El Nino, kata dia, ada 6 penyebab yang membuat kegagalan usaha pertanian yang saat ini terjadi. Hal itu berdasarkan analisis maupun eksperimen yang telah dilakukannya 10 tahun silam.

Pertama, daya dukung lahan tidak optimal akibat matinya tanah oleh pemakaian pupuk kimia sejak revolusi hijau tahun 1970.

Kedua, rendahnya kemampuan menyimpan air dan nutrisi alami dalam periode panjang, bahkan dalam satu periode musim saja sudah kering/kosong.

"Ketiga, rapuhnya anatomi tanaman mulai dari ujung akar sampai ujung daun akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia/sintetis," kata dia dalam keterangannya, Rabu (11/10/2023).

Keempat, bersarangnya virus yang terbawa di benih, sehingga menghasilkan tanaman yang cacat/tidak sehat.

Kelima, aparat daerah terutama Dinas Teknis dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di daerah yang tidak punya solusi jelas (cepat, mudah, dan terukur) untuk pertanian di daerahnya masing-masing.

Keenam, hasil penelitian Balai/Litbang Pertanian yang tidak solutif pada krisis pertanian ini.

Ciptakan teknologi untuk atasi masalah krisis pangan

Dr. Nugroho merupakan salah satu pencipta teknologi Agrokonservasi Biosoildam MA-11 yang berusaha mengatasi masalah krisis pertanian ini.

Teknologi ini, kata dia, dirancang untuk meningkatkan hasil panen meskipun cuaca ekstrem.

Baca juga: Hadapi El Nino, Periset BRIN: Musim Kemarau Akan Cukup Panjang

"Hasil panen dapat meningkat hingga dua kali lipat, biaya produksi dapat dikurangi hingga 70 persen dan tanah dapat dilindungi dari racun kimia," jelas dia.

Nugroho menerima Penghargaan Kalpataru 2023 atas peran pentingnya dalam mengimbangi produktivitas ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.

Selain jadi dosen di Unwahas, dia juga menjadi ketua Yayasan ANSA untuk Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan, dan Energi Baru Terbarukan (LIKE) yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Baca juga: Indonesia Punya 123 Sekolah Adat, Kemendikbud Dorong Gapai Pendanaan

"Inovasi Agrokonservasi Biosoildam MA-11 harus jadi inspirasi untuk investasi lebih lanjut dalam penelitian dan pengembangan teknologi berkelanjutan. Dengan upaya bersama, kita hadapi tantangan iklim dan memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan di masa depan," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com