Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mata Garuda Banten
Perkumpulan Alumni Beasiswa LPDP di Provinsi Banten

Perkumpulan alumni dan awardee beasiswa LPDP di Provinsi Banten. Kolaborasi cerdas menuju Indonesia emas 2045.

Umpan Balik dalam Pembelajaran: Belajar dari Australia

Kompas.com - 19/09/2023, 11:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Oleh: Muhammad Hidayat*

DI INDONESIA, proses pemberian umpan balik oleh pendidik untuk peserta didik belum diterapkan sepenuhnya. Padahal sederet bukti menunjukkan bahwa aktivitas ini menjadi bagian penting dan seharusnya tidak dipisahkan dari proses belajar mangajar.

Mari kita perhatikan satu ilustrasi menarik dari Luthfiyyah (2020) terkait praktik umpan balik ini.

Dia mengandaikan ada seorang guru yang ingin membawa muridnya jalan-jalan ke suatu tempat (learning goals), maka menginformasikan kepada murid mau kemana menjadi hal yang paling utama dilakukan.

Di sini, semua yang akan murid pelajari atau tujuan pembelajaran harus dijelaskan, atau juga hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana cara untuk mencapai tempat yang dituju.

Selanjutnya apa kriteria sehingga peserta didik boleh menganggap diri mereka telah tiba di tempat tujuan.

Dalam pelaksanaannya, muncul sejumlah aspek yang memengaruhi keefektifan umpan balik. Misalnya, tingkat kekhususan informasi yang disampaikan, kompleksitas dan panjangnya informasi tersebut, dan waktu pemberian umpan balik itu sendiri (Yuan, 2015).

Selanjutnya, aspek-aspek tersebut menjawab temuan Carless (Ott, 2016) dalam kurun waktu penelitiannya di Australia, Amerika Serikat, hingga Inggris, yang menyatakan bahwa peserta didik seringkali merasa tidak puas atas umpan balik yang mereka terima.

Kendalanya terletak pada aspek keakuratan/ketepatan informasi yang disampaikan, rentang waktu pemberian umpan balik hingga tingkat konsistensi informasi.

Di Australia, pemberian umpan balik kepada peserta didik telah diwajibkan bagi semua guru. Kewajiban ini tertuang di dalam poin-poin yang masuk dalam kategori praktik profesional.

Standar guru profesional di Australia terdiri dari tiga domain pengajaran seperti pengetahuan profesional, praktik profesional, dan keterlibatan profesional.

Lebih jauh lagi, pengetahuan profesional mencakup di dalamnya kemampuan seorang pendidik untuk mengenal peserta didik dan tahu bagaimana mereka belajar dan mengetahui konten dan bagaimana cara mengajar mereka.

Kemudian praktik profesional mencakup perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif, menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung, serta menilai, memberikan umpan balik, dan melaporkan pembelajaran peserta didik.

Dan yang terakhir, yakni keterlibatan profesional yang menyangkut keterlibatan dalam pembelajaran profesional, dan keterlibatan secara profesional dengan rekan kerja, orang tua, dan komunitas .

Dalam konteks umpan balik, guru beroperasi secara efektif di semua tahapan siklus belajar mengajar, termasuk di dalamnya perencanaan pembelajaran dan penilaian, mengembangkan program pembelajaran, mengajar, menilai, memberikan umpan balik tentang pembelajaran peserta didik dan melaporkan kepada orangtua.

Di Indonesia, sejumlah penelitian tentang efektivitas atau pengaruh umpan balik terhadap suksesnya proses belajar mengajar di semua level satuan pendidikan telah dilakukan, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Bakhtiar, Khairuddin dan kawan-kawan tentang pengaruh umpan balik, koordinasi terhadap kemampuan objek kontrol siswa PAUD.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com