Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Udara di Bogor Memburuk, Pakar IPB Sebut 4 Pemicunya

Kompas.com - 06/09/2023, 07:40 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kualitas udara di Bogor dinilai semakin memburuk akibat polusi yang kian pekat.

Pakar Biometeorologi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Rini Hidayati menyoroti penyebab makin pekatnya polusi udara di Bogor.

Berdasarkan pengamatannya, pada bulan Agustus 2023 tercatat konsentrasi bahan partikulat cukup tinggi, terutama PM 2,5, yakni kondisi yang kurang sehat bagi kalangan yang sensitif atau memiliki kerentanan terhadap polusi udara.

PM 2,5 dapat menembus sistem pernafasan hingga masuk ke paru-paru. Kondisi ini dapat meningkatkan potensi kenaikan kasus pneumonia dan infeksi saluran pernapasan (ISPA) terutama pada balita dan lansia.

Baca juga: Disdik Jakarta Keluarkan Aturan Terkait Polusi Udara, Tidak Ada PJJ

Rini yang juga peneliti Pusat Pengelolaan Risiko dan Peluang Iklim (CCROM) IPB University ini menyebut beberapa penyebab atau pemicu polusi udara di Bogor. Menurutnya, ada 4 pemicu, apa saja?

1. Musim kemarau

Pemicu polusi udara salah satunya karena kondisi Indonesia yang memasuki musim kemarau. Oleh karena itu, proses pencucian oleh hujan sangat kurang.

Sementara, jumlah polutan terus bertambah, mengakibatkan kualitas udara Bogor memburuk walaupun kondisinya bukan yang terparah di Indonesia.

“Pencucian oleh hujan tidak signifikan karena curah hujan rendah, sedangkan sumber polutan tetap ada. Di Kota Bogor, sumber terbesar berasal dari lalu lintas kendaraan berbahan bakar fosil,” kata Rini dilansir dari laman IPB.

Baca juga: Dosen FK Unesa: Ini 3 Kiat Cegah Terkena ISPA

2. Lalu lintas Kota Bogor semrawut

Rini menyebut, kondisi lalu lintas Bogor lebih semrawut dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Kendaraan Biskita yang ditujukan untuk menggantikan angkot pun jumlahnya juga belum signifikan.

“Perlu ada pengaturan lalu lintas yang lebih tepat sehingga kendaraan tidak menumpuk di satu lokasi yang menyebabkan kemacetan yang dapat menambah polutan di udara, misalnya dengan penerapan kembali jumlah angkot yang beredar bergantian siang atau malam, car free day, dan upaya meningkatkan kedisiplinan pengendara,” katanya.

Salah satu cara untuk mengatasi polusi, kata Rini misalnya melalui pengaturan lalu lintas yang tepat menjadi salah satu kunci untuk menurunkan sumber polusi udara di Bogor
Dosen IPB University itu menerangkan, saat pandemi tidak ada musim kemarau yang kering karena bersamaan dengan periode La Nina.

Baca juga: Beasiswa S2-S3 Gates Cambridge 2024 Segera Dibuka, Tunjangan Rp 389 Juta

3. Peristiwa El Nino

Saat ini musim kemarau diperparah oleh peristiwa El Nino sehingga terjadi kemarau kering dibandingkan kondisi normalnya.

Tidak hanya itu, angin laut siang hari dari wilayah pantai barat dan utara Jakarta akan melewati Cibinong, Citeureup, Gunung Putri, dan sekitarnya menuju ke jajaran gunung yang mengelilingi kota Bogor. Hal ini memungkinkan membawa polutan ke kota dan kabupaten Bogor.

Pada kasus kelembaban udara tinggi, jelas Rini, polutan ini dapat bersifat sebagai inti higroskopis dalam pembentukan awan sehingga meningkatkan potensi hujan.

Tetapi saat ini kelembaban udara tidak cukup tinggi untuk membentuk awan yang potensial. Sementara, sumber polutan terus ada, jadi saat ini partikel tetap berada di udara menjadi polutan padahal hujan yang turun kurang cukup untuk mencuci polutan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com