Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sekolah Adat di Kalimantan, Lahirkan Ahli Waris Budaya, Merangkul Masa Depan

Kompas.com - 11/08/2023, 08:34 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Hilangnya hutan di Kalimantan mengancam pengetahuan tradisional dan cara hidup masyarakat adat.

Karena sangat bergantung pada hutan untuk makanan dan sumber daya, berkurangnya hutan berpotensi membahayakan kesejahteraan dan ikatan budaya.

Upaya konservasi dinilai mendesak. Praktik berkelanjutan juga sangat penting untuk melestarikan hutan Kalimantan dan menjaga warisannya untuk generasi mendatang.

Namun, di atas tanah Kalimantan yang subur, masih ada harapan bagi masyarakat adat yang menghadapi tantangan lenyapnya hutan.

Saat masyarakat Dayak bergulat dengan ancaman kehilangan hutan, ada Sekolah Adat yang hadir sebagai upaya memberdayakan anak-anak menjadi ahli waris budaya.

Baca juga: Kisah Guru Isdiarto, Seberangi 5 Muara dan Jalan Berlumpur demi Mengajar

Sekolah Adat itu bernama Arus Kualan. Arus Kualan menanamkan cinta dan rasa hormat terhadap alam kepada para siswanya. 

Didirikan pada tahun 2014, Sekolah Adat Arus Kualan adalah sistem pendidikan informal di provinsi Kalimantan Barat Indonesia, khususnya di daerah Simpang Hulu Kabupaten Ketapang, dengan fokus utama untuk menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai tradisional kepada generasi muda.

Di sekolah tersebut, alam adalah guru yang dihormati, dan proses belajar dipadukan dengan upaya menjaga budaya Dayak.

Selama beberapa generasi, orang Dayak sangat menghargai tanah mereka, memandang setiap pohon, sungai, dan makhluk hidup sebagai bagian dari identitas mereka.

Generasi muda kunci keberlanjutan budaya

Dampak dari mengikuti Sekolah Adat dirasakan betul oleh Selsi (12). Ia telah menemukan minatnya dalam mengajar seni memainkan Sampe, alat musik tradisional suku Dayak.

Di luar musik, dia juga mengajarkan berbagai permainan kuno dan seni tenun tradisional yang rumit.

"Arus Kualan telah memberi saya kesempatan untuk belajar tentang budaya saya dan menginspirasi orang lain untuk merangkul tradisi kami. Saya sangat senang melihat teman-teman mempelajari dan melestarikan warisan kami," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Baca juga: Saat IPA Jadi Pelajaran Favorit Siswa dan Guru Jadi Idola

Selain Selsi, ada pula Elis (14) yang memiliki ikatan leluhur yang kuat. Memiliki hasrat besar dalam melestarikan ilmu pengobatan tradisional.

Terinspirasi dari neneknya yang juga anggota masyarakat adat Dayak, Elis dengan penuh semangat menjalani peran sebagai tabib.

Selain itu, kefasihannya dalam bahasa Inggris membentuknya menjadi duta budaya.

Ia selalu menyambut tamu dari negara lain dengan hangat dan memandu mereka menyaksikan keajaiban Arus Kualan.

"Saya ingin menjembatani kesenjangan antara warisan budaya kami dan dunia. Dengan berbagi pengetahuan tentang pengobatan dan seni tradisional, kami dapat menciptakan apresiasi yang lebih dalam terhadap identitas kami," ujar Elis.

Selsi (12), peserta didik Sekolah Adat Arus KualanDok. Arus Kualan Selsi (12), peserta didik Sekolah Adat Arus Kualan

Di tengah tantangan perubahan iklim, Arus Kualan juga berfokus pada pengelolaan lingkungan. Sekolah ini mengintegrasikan ajaran konservasi ke dalam kurikulumnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com