Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UMM Beri 3 Pertimbangan Orangtua Saat Pilih Pesantren untuk Anak

Kompas.com - 25/07/2023, 19:03 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Pesantren masih dianggap mampu memberikan pendidikan yang holistik, mulai dari sisi keilmuan, agama, hingga adab dan etika.

Apalagi terpaan era digital juga menjadi alasan para orangtua menyekolahkan anaknya ke pesantren.

Fenomena itu menarik perhatian Dosen Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Ahmad Fatoni.

Menurut dia, pesantren adalah lembaga pendidikan yang memiliki sejarah panjang di Indonesia.

Baca juga: Lulus Masuk Universitas Brawijaya, Rafi Penuhi Janji Jalan Kaki 10 Km

Keterikatannya, kata dia, juga sangat kuat, karena memiliki kotribusi bagi sumber daya manusia di Indonesia. Utamanya, dari segi akidah maupun akhlak.

"Di Kementerian Agama tercatat ada lebih dari lima ribu pesantren yang berada di Jawa Timur. Belum lagi di daerah lain," ucap dia dikutip laman UMM

Fatoni mengaku, ada tiga pertimbangan yang dapat digunakan orangtua maupun calon santri saat memilih pesantren.

Pertama, menetapkan tujuan anak atau calon santri.

Jika ingin menjadi penghafal Alquran maka carilah pesantren yang memiliki program hafalan di dalamnya.

Kedua, jika bertujuan menjadi pakar ilmu agama, seperti literatur keislaman klasih, maka bisa mencari pesantren yang menyediakan sistem pembelajaran berdasarkan kitab kuning atau gundul.

"Jika tujuannya adalah ingin anak menjadi calon intektual ulama, maka carilah pesantren yang memadukan antara pendidikan kepesantrenan dengan pendidikan formal. Biasanya pesantren terkait mengintegrasikan ilmu-ilmu umum dengan ilmu agama khas pesantren," ujar dia dikutip dari laman UMM, Selasa (25/7/2023).

Pertimbangan ketiga, yakni saat menentukan pesantren adalah menentukan model yang diinginkan.

Secara umum, pesantren dibagi menjadi dua, yakni tradisional dan modern. Tradisional atau salafi biasanya menekankan pada kitab-kitab kuning atau kitab gundul.

Baca juga: Dosen UMM: Ini 10 Cara Mencegah Stroke

Bahkan model pesantren ini melarang santrinya untuk mengenyam pendidikan formal supaya lebih fokus menguasai kitab-kitab. Jika santri ingin mendapatkan pendidikan formal, biasanya santri diminta mencari di luar pesantren.

Model lainnya adalah model modern. Di sini santri tidak hanya belajar ilmu keislaman saja namun juga diajarkan ilmu-ilmu umum tentang teknologi maupun bahasa.

Dalam kata lain, model modern ini tidak hanya menitikberatkan untuk belajar kitab-kitab kuning saja.

"Setelah menetapkan tujuan dan model pesantren orangtua atau calon santri harus melihat rekam jejak dari pesantren yang akan dipilih. Misalnya dengan melihat alumni yang ada. Apakah banyak yang berhasil atau sukses dan mampu bermanfaat bagi masyarakat," ucap dia.

Dia mengingatkan, menurutnya kunci sukses sebuah pesantren adalah sistem belajarnya. Kemudian juga kualitas alumni, kiprah pimpinan pondok serta jasanya di masyarakat.

Baca juga: Rekrutmen CPNS Dibuka September 2023, Cek 10 Jurusan Banyak Dicari

"Jika pesantren itu baru dan belum memiliki alumni, orangtua bisa datang langsung ke lokasi untuk mengecek dan observasi. Melihat secara langsung, apakah pesantren tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com