Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen Unair: Virus Rabies Bisa Rusak Otak dan Sistem Saraf Pusat

Kompas.com - 25/06/2023, 18:53 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Rabies saat ini tengah menjadi perbincangan di masyarakat. Bahkan ada anak-anak yang dikabarkan meninggal akibat terpapar virus ini.

Dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair), Dr. Nusdianto Triaksono menanggapi terkait hal ini.

Dia mengatakan, penyakit rabies memiliki berbagai macam nama, antara lain Lyssa atau Hidrofobia, tapi di Indonesia lebih terkenal sebagai penyakit anjing gila.

Baca juga: Kemendikbud Tegaskan Kegiatan Wisuda TK-SMA Tidak Wajib

Penularan ini bisa terjadi dari hewan ke manusia atau hewan ke hewan melalui gigitan.

"Virusnya itu banyak di sekitar mulut, khususnya saliva atau liur. Melalui gigitan atau cakaran, maka virus bisa terbawa menembus kulit dan masuk ke dalam tubuh," kata dia mengutip laman Unair, Minggu (25/6/2023).

Saat terjadi luka terbuka pada kulit dan terkena jilatan hewan rabies, maka ada kemungkinan virus masuk ke dalam tubuh.

"Kulit sebenarnya berfungsi sebagai pelindung. Jika kulit terbuka karena tergores atau luka maka agen infeksi seperti bakteri atau virus termasuk virus rabies bisa saja masuk ke jaringan di bawah kulit dengan mudah," ujar dia.

Dia menuturkan, virus ini dapat merusak otak dan membuat sistem saraf pusat tidak bekerja dengan baik.

"Di manapun bagian tubuh yang mendapat gigitan, virus ini akan berakhir di otak atau sistem saraf pusat," tutur dia.

Hal ini tidak hanya terjadi pada hewan tapi pada korban gigitannya, dengan case fatality rate hampir 100 persen. Artinya, korban gigitan anjing penderita rabies umumnya meninggal dunia.

Baca juga: Kemenag Bantah Beri Bantuan ke Ponpes Al-Zaytun, tetapi Itu Dana BOS

Rabies memiliki gejala

Ada beberapa bentuk gejala hewan penderita rabies yang bisa masyarakat waspadai. Gejala yang terlihat jelas adalah hewan penderita bisa menjadi lebih agresif.

"Pada tahap tertentu, hewan ini bisa lebih agresif. Dia bisa menggigit apa saja, manusia bahkan kayu atau benda-benda lain," jelas dia.

Namun ada tahapan lain yang bernama tahap paralitik. Pada tahap ini hewan menjadi lebih diam bahkan mengarah pada kelumpuhan.

"Dia tidak banyak bergerak jadi diam sekali," ungkap dia.

Kelemahan yang terjadi pada hewan rabies akan berdampak pula pada korban yang mendapat gigitan. Hewan ternak yang biasa menjadi sebagai kurban ternyata dapat terpapar.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com