Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tes Calistung Masuk SD Dihapus, Pakar Unesa: Wujudkan "Joyful Learning"

Kompas.com - 13/04/2023, 08:30 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

Sumber Unesa

KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mengeluarkan kebijakan menghapus tes membaca, menulis dan menghitung (calistung) pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah.

Kebijakan ini mendapat respon dari berbagai kalangan salah satunya pakar pendidikan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dr. Martadi.

Dia menilai kebijakan tersebut patut diapresiasi, karena salah satu semangatnya yaitu meluruskan mispersepsi calistung di jenjang sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah.

"Tes calistung memang belum fasenya diberikan kepada anak usia 0-6 tahun. Selain itu, guru cenderung fokus mengajar calistung ketimbang memaksimalkan enam aspek pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini," ucap Martadi seperti dikutip dari laman Unesa, Rabu (12/4/2023).

Baca juga: Tutup 13 April, Ini Cara Daftar KIP Kuliah untuk UTBK SNBT yang Benar

Optimalkan enam aspek pertumbuhan anak

Dia menekankan, aspek pertumbuhan dan perkembangan anak yang dimaksud meliputi:

1. Nilai agama dan moral
2. Fisik motorik
3. Kognitif
4. Bahasa
5. Sosial-emosional
6. Seni.

Hal ini sering keliru dipahami orangtua, seolah-olah PAUD yang hebat adalah yang mampu membuat anak bisa membaca, menulis dan menghitung.

"Saya lihat kebijakan ini agar satuan pendidikan PAUD dan SD menerapkan pembelajaran yang menyenangkan atau membangun kemampuan fondasi anak," urai Martadi.

Dia menambahkan, guru bisa melakukan strategi pembelajaran aktif, eksploratif, interaksi positif, dan menyenangkan sehingga tumbuh rasa ingin tahu dan percaya diri anak.

Pria yang memimpin Lembaga Pendidikan dan Sertifikasi Profesi (LPSP) Unesa ini menambahkan, kebijakan merdeka belajar itu dapat mengurangi beban siswa dan guru di sekolah serta meluruskan berbagai kesalahan dalam implementasi pendidikan di level dasar.

Salah satu kekeliruan itu seperti langsung menyodorkan huruf dan latihan menulis kepada anak.

Baca juga: Cek Biaya Kuliah S1 Kedokteran UKDW Yogyakarta 2023

Anak usia PAUD dibekali kemampuan mengenal bentuk

Padahal, anak usia PAUD dan awal SD perlu dibekali dengan kemampuan mengenal bentuk. Anak seringkali bingung membedakan antara huruf "b" dan "d".

Dua huruf itu, diputar dari berbagai sisi pun sama bagi anak. Ini disebabkan karena mereka menggunakan perspektif burung (melihat dari atas).

Anak harus diberikan permainan puzzle agar anak bisa mengenali bentuk. Kalau mereka bisa menata puzzle yang jumlahnya sekitar 24 keping itu menjadi dasar penting untuk memasuki fase belajar membaca dan menulis.

"Guru harus tahu cara yang tepat bagaimana mengenalkan baca tulis secara menyenangkan kepada anak, sehingga mereka tidak merasa kesulitan dan merasa bosan. Itu kuncinya," katanya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com