Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosiolog Unair: Pengaruh Medsos Tingkatkan Tren Nikah Gratis di KUA

Kompas.com - 22/02/2023, 15:07 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, pasangan suami istri yang mengaku menikah gratis di KUA sempat viral di Twitter.

Banyak warganet yang merespons dengan beragam opini, ada yang setuju dan ada juga yang tidak.

Baca juga: 2 Sekolah Kedinasan Ini Tidak Ada Syarat Tinggi Badan, Lulus Jadi PNS

Dosen dari Departemen Sosiologi Universitas Airlangga (Unair), Udji Asiyah menanggapi hal tersebut.

Menurut dia, dalam sebuah pernikahan terdapat komitmen yang dianggap krusial, baik itu keluarga, saudara, maupun masyarakat.

Salah satunya, hubungan seks antar manusia dapat tertata sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini agar peradaban dapat berjalan rapi dan tertib.

"Masyarakat pun terlibat dalam memberikan persetujuannya, menjadi tertib sosial ketika masyarakat tahu jika seseorang sudah menikah maka pasangan berduaan akan aman-aman saja tidak akan ditangkap petugas atau digropyok," kata dia dalam laman Unair, Rabu (22/2/2023).

Menyoal tren nikah gratis di KUA, dia mengatakan bahwa hal tersebut merupakan pengaruh dari media sosial (medsos) yang dengan sekejap mampu menjangkau jutaan orang dengan cepat dan mudah.

Dia menuturkan, nikah gratis di KUA sebetulnya sudah berjalan cukup lama.

Itu tertera dalam PP Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Agama.

Aturan itu menyatakan nikah atau rujuk dilaksanakan di KUA pada hari dan jam kerja Rp 0 dan luar kantor dan/atau di luar hari dan jam kerja Rp 600.000.

Baca juga: Beasiswa Kaltim Tuntas dengan Anggaran Rp 375 Miliar, Ini Syaratnya

"Ini tidak melanggar nilai maupun norma yang diyakini selama persyaratan sudah terpenuhi sehingga pernikahannya dianggap sah baik secara hukum maupun agama. Namun, sebagai anggota masyarakat tetap dituntut memproklamirkan pernikahannya," ungkap dia.

"Untuk hal ini biasanya berkaitan dengan budaya masyarakat, ada yang menggelar secara sederhana, ada yang menggelar secara lebih luas lagi dengan handai tolan, kerabat dan teman-temannya, ada juga yang penuh kemegahan dan kemewahan," tambah dia.

Dosen FISIP Unair itu menuturkan, tren nikah gratis di KUA akan makin menarik jika diviralkan menjadi istilah 'Nikah Merdeka'.

Sehingga, kelompok masyarakat lapisan manapun tidak terbebani dengan istilah 'gratisan' yang berkonotasi untuk lapisan tertentu.

Selain itu, pihak KUA juga dapat meningkatkan pelayanan dan fasilitas sehingga kesan nyaman akan terasakan.

Baca juga: 11 Jurusan Undip Punya Daya Tampung Besar di SNBP 2023

"Generasi muda akan semakin realistis dalam menyikapi kondisi. Mereka akan berpikir substansi pernikahan sudah dapat, substansi menjaga tertib sosial di masyarakat juga tidak terlewatkan, baik dengan cara syukuran sederhana, maupun yang lebih dari itu sesuai situasi dan kondisi. Mereka akan berpikir lebih pragmatis dalam mempersiapkan untuk kehidupan keluarganya ke depan," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com