Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Izza, Anak Buruh Serabutan Lulus di UNY dengan Predikat Cumlaude

Kompas.com - 18/01/2023, 14:47 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nyaris terancam putus sekolah saat SMA, kini justru lulus kuliah dengan predikat cumlaude dan IPK hingga 3,77.

Cerita ini dialami oleh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Maghfiroh Izza Maulani, mahasiswa program studi (Prodi) Pendidikan Matematika Fakultas MIPA.

Sebagai anak pertama pasangan Sudarjo dan Sri Wahyuni yang berprofesi sebagai buruh serabutan, perempuan yang akrab disapa Izza ini tahu betul bagaimana rasanya berjuang demi pendidikan.

Saat menempuh pendidikan di SMPN 2 Salam Kabupaten Magelang Jawa Tengah, dia nyaris tidak melanjutkan jenjang SMA karena tidak punya biaya.

Baca juga: Cerita Athi Masuk SMP hingga S2 Tanpa Tes, Ini Caranya

Padahal Izza menjadi lulusan terbaik SMP di Sub Rayon Salam dengan total nilai Ujian Nasional 379,5 atau dengan nilai rerata 94,875.

Sempat terpikir untuk melanjutkan sekolah di SMK terdekat yang biayanya murah, beruntungnya dia mendapat pertolongan dari orangtua asuh untuk membiayai Izza bisa sekolah di SMAN 3 Magelang.

Ayah Izza, Sudarjo menceritakan jika  selulus SMA, kendala biaya masih menghantui Izza.

"Kalau mau kuliah, cari biaya sendiri ya. Bapak ibu tidak punya biaya," kata Sudarjo dilansir dari rilis UNY.

Dia juga merasa down lantaran pupus cita-citanya menjadi dokter.

Namun dengan bimbingan guru BK, akhirnya Izza menemukan minat di bidang lain.

Karena suka matematika dan fisika, akhirnya perempuan yang tinggal di Tersan, Desa Tersan Gede, Kecamatan Salam Magelang tersebut terpikirkan untuk mengambil jurusan terkait.

Baca juga: Kisah Satria, Pernah Jadi Pelayan namun Kini Jadi Wakil Dekan

Sekolah pun ikut andil dengan mendaftarkannya pada beasiswa bidikmisi yang sekarang bernama KIP Kuliah.

Setelah melalui tes SBMPTN, Izza diterima sebagai mahasiswa baru pendidikan matematika UNY.

Meski begitu, dia belum dinyatakan lolos bidikmisi karena perlu ada survey dan kuota yang terbatas.

"Pada awal semester, saya sempat tidak lolos bidikmisi. Sempat kelimpungan, takut UKT mahal dan tidak bisa membayar," kata Izza.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com