Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswi Biologi UGM Raih Predikat Peneliti Terbaik IRN 2022

Kompas.com - 03/11/2022, 11:36 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Nareta Defiani, mahasiswi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil terpilih menjadi Peneliti Terbaik dalam Program Indofood Riset Nugraha (IRN) 2022, beberapa waktu lalu.

Nareta terpilih menjadi Peneliti Terbaik karena dianggap memenuhi kriteria penilaian yang meliputi lima aspek yakni pelaksanaan penelitian, mutu penelitian, teknik presentasi, penguasaan materi, dan sikap peneliti.

Program Indofood Riset Nugraha (IRN) 2022 mengajak para mahasiswa berinovasi untuk menciptakan diversifikasi pangan.

Baca juga: 10 Jurusan Termurah Saintek dan Soshum UGM, Ini Biaya Kuliahnya

Program ini juga bertujuan untuk menghadapi ancaman krisis pangan. Program IRN 2022 mengangkat tema "Penelitian Pangan Fungsional Berbasis Potensi dan Kearifan Lokal".

Melalui program IRN 2022, Indofood memberikan bantuan dana penelitian bagi mahasiswa S1 perorangan dalam rangka skripsi atau tugas akhir.

Dalam penelitian, Nareta melakukan observasi potensi mikroalga (Chlorella vulgaris) dan tanaman mata air (Azolla microphylla) sebagai sumber protein dalam pakan ayam alternatif yang dipersonalisasikan untuk ayam hibrida lokal hasil pemuliaan yang dilakukan oleh Gama Ayam, yaitu Golden Kamper.

Golden Kamper merupakan ayam dwiguna yang unggul secara kuantitas bobot dan kualitas fenotipnya.

Sebagai pedaging, ayam kamper sudah bisa dipanen pada umur 49 hari, sedangkan lazimnya ayam pedaging lokal baru bisa dipanen pada umur 100 hari.

Sementara itu, sebagai ayam petelur, kamper memiliki produksi telur yang sangat tinggi.

Nareta menjelaskan, panen pertama sudah bisa dilakukan ketika ayam berumur 120 hari atau empat bulan.

Baca juga: Rektor UGM Mewisuda Putrinya yang Lulus dengan IPK 4.00

Produktivitas telur kamper tergolong tinggi, mencapai 140 telur per 300 hari.

Namun, dalam praktiknya penggunaan pakan untuk ayam dwiguna masih didominasi oleh pakan broiler yang memiliki harga lebih tinggi (Rp10.500/kg) dibandingkan pakan ayam kampung (Rp6.000/kg).

Selain itu, penggunaan pakan broiler untuk Golden Kamper dirasa tidak efisien karena galur ayam kampung membutuhkan energi sebesar 2.900kkal/kg sedangkan ayam broiler sebesar 3200kkal/kg.

“Kebutuhan protein ayam juga berbeda berdasarkan jenisnya. Golden Kamper yang difungsikan sebagai ayam petelur dan pedaging tentu saja membutuhkan protein yang lebih tinggi,” urainya dilansir dari laman UGM.

Berdasarkan kondisi tersebut maka Nareta menginisiasi penelitian terkait pengaruh pakan alternatif campuran mikroalga C. vulgaris dan tanaman air A. microphylla terhadap gen cGH dan PRL sebagai marka gen yang mengontrol pertumbuhan dan perkembangan.

Baca juga: Syarat Skor TOEFL dan IELTS untuk Daftar Beasiswa LPDP 2023, Siap-siap

Dari penelitian yang dilakukan terlihat bahwa pemberian mikroalga dan tanaman mata air juga dapat menurunkan nilai FCR, namun tetap menghasilkan persentase karkas lebuh besar dari 50 persn dan berbeda secara signifikan.

Tidak hanya itu, hasil RT-qPCR menunjukkan bahwa penambahan bahan lokal tersebut dapat meningkatkan level gen cGH dan PRL dalam sitoplasma.

Maka dari itu, formulasi pakan alternatif yang diinisasi dan diteliti ini dapat menjadi kandidat pakan yang optimal untuk ayam hibrida maupun ayam dwiguna lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com