Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih Penting Pendidikan Berbasis Akademik atau Karakter? Ini Kata Najelaa Shihab

Kompas.com - 05/08/2022, 07:09 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Semakin banyak orangtua yang menyadari pentingnya memahami kebutuhan anak-anak dalam proses tumbuh kembangnya sejak dini.

Kesadaran itu pula yang membuat orangtua senantiasa ingin memberikan pendidikan terbaik bagi anak, baik itu kriteria sekolah, pendekatan belajar, hingga pilihan program yang ingin dipilih oleh anak sendiri.

Namun, dalam praktiknya, masih ada beberapa pertanyaan yang sering kali muncul di kalangan orangtua mengenai preferensi dan pertimbangan memilih sekolah, yakni pendidikan yang berbasis akademik atau karakter.

Jadi, manakah yang lebih baik di antara keduanya?

Baca juga: Rahasia Izza, Siswa yang Lolos di 10 Kampus Dalam dan Luar Negeri

Praktisi Pendidikan Indonesia, Najelaa Shihab menyatakan bahwa di masa sekarang ini, alangkah baiknya jika pemahaman orangtua tidak lagi sebatas membedakan mana yang lebih baik antara pendidikan akademik dan pendidikan karakter.

“Sudah bukan zamannya membedakan antara pendidikan akademik dan pendidikan karakter. Sudah bukan zamannya juga membedakan soft skill dan hard skills. Kenapa? Karena dunia itu butuh orang yang punya dua-duanya. Dan kalau kita meningkatkan satu hal kompetensi kita di bidang akademik itu sebetulnya kita juga sedang melatih hal-hal lain yang berkait dengan non-akademik,” tuturnya dalam sesi menjawab 22 pernyataan tentang Cikal.

Ia pun memberikan ilustrasi pemahaman mengenai kedua hal tersebut.

Baginya, dalam berbagai hal dan proses pembelajaran di kelas, setiap fase pembelajaran itu mengasah kemampuan akademik dan karakter setiap anak.

“Tidak mungkin seseorang paham matematika, kalau tidak punya komitmen. Tidak mungkin dapat memahami Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains kalau tidak punya rasa keingintahuan. Tidak mungkin dapat mahir atau jago dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) misalnya kalau tidak punya rasa empati dan keinginan untuk kontribusi. Jadi, jangan dipisah-pisahkan,” tambah Najelaa yang merupakan pendiri Sekolah Cikal.

Baca juga: 7 Tanda Anak Cerdas dan Berpotensi Punya IQ Tinggi

Mendirikan Sekolah Cikal hampir 23 tahun lalu, Najelaa Shihab menceritakan bahwa proses pembelajaran yang dihadirkan di sekolah perlu mengembangkan kompetensi setiap anak dengan proses belajar yang berkaitan erat dengan kehidupan nyata.

Termasuk memihak kepada anak untuk mendalami bidang atau program yang ia sukai.

“Sebagai lembaga pendidikan, Cikal ingin menjadi contoh praktik dalam hal ini sebagai sekolah yang memang betul-betul berbasis kompetensi, dan menerapkannya sejak dari usia dini sampai dengan usia orang dewasa tingkat tinggi," paparnya.

Cikal, lanjut Najelaa, merupakan komunitas pelajar sepanjang hayat yang didirikan untuk mendorong
perubahan.

"Bukan sekadar perubahan praktik di kelas dari apa yang saya atau nenek buyut kita alami puluhan atau ratusan tahun lalu, tetapi menggerakkan perubahan sosial pendidikan yang berpusat pada anak, akan selalu menumbuhkan kekuatan masyarakat yang berpusat pada manusia,” jelas Najelaa.

Baca juga: Hanya 20 dari 4.500 Kampus Indonesia Masuk Ranking Dunia, Ini Kata Kemendikbud

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com