Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marah Tiket Borobudur Naik? Dosen UII: Baca Berita Jangan Setengah-setengah

Kompas.com - 11/06/2022, 09:47 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Maraknya informasi di media digital membuat siapa saja bisa mengaksesnya. Hanya saja, ketika membaca berita diharapkan sampai tuntas atau tidak setengah-setengah.

Apalagi baru-baru ini pemerintah mengumumkan untuk menaikkan harga tiket di Candi Borobudur. Harga tiket naik menjadi Rp 750.000, padahal sebelumnya hanya Rp 50.000 saja.

Jika membaca berita yang tidak lengkap, terkadang masyarakat akan mudah marah kenapa harga tiket menjadi mahal sekali?

Baca juga: Peduli Pembangunan Berkelanjutan, UII Masuk THE Impact Rankings 2022

Nah, agar tak salah kaprah, Dosen Ilmu Komunikasi FPSB Universitas Islam Indonesia (UII), Iwan Awaluddin Yusuf, PhD., memberikan penjelasan.

Melansir akun Instagram UII, Jumat (10/6/2022), yang diposting Jumat (10/6/2022), https://www.instagram.com/p/CelUCjdFZeW/?igshid=MDJmNzVkMjY= Iwan menjelaskan bahwa masyarakat terkadang mudah marah karena membaca headline berita aja.

Maka, dia memberikan saran agar masyarakat membaca sampai habis. Terkait naiknya harga tiket Candi Borobudur itu ternyata:

1. Harga yang naik cuma untuk turis yang ingin mengunjungi Candi Borobudur bagian dalam atau naik ke candinya.

2. Tarif Rp 50.000 masih tetap berlaku untuk wisatawan lokal dan USD 25 bagi wisatawan asing yang mengunjungi area taman.

Baca juga: Tiket Naik Candi Borobudur Rp 750.000, Siswa Ayo Belajar Sejarahnya

3. Kenapa harganya naik? Agar memastikan wisatawan yang masuk adalah orang yang benar-benar ingin belajar sejarah Candi Borobudur.

Hal ini disebabkan oleh adanya tanda-tanda kerusakan pada candi akibat pengunjung yang berlebih.

Kenapa sering terjadi ricuh di internet karena baca berita yang tidak lengkap?

"Membaca berita jangan setengah-setengah agar tak salah kaprah. Keberlimpahan informasi yang terjadi di masa digitalisasi memicu fenomena infodemik, yang bisa menyebabkan disinformasi," terangnya dikutip dari akun Instagram UII.

Menurutnya, disinformasi dapat terjadi karena beragam faktor, yakni:

1. Bias informasi dalam ruang gema (echo chamber)

2. Adanya kesengajaan menyebar informasi palsu dan kepentingan tertentu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com