Penulis: Titien Suprihatien, Guru SMPN 11 Batanghari, Jambi
Hari raya telah tiba, seluruh umat islam berbahagia. Begitu juga dengan para guru, hardiknas tahun ini bertepatan dengan hari kemenangan itu. Momen istimewa ini jarang terjadi sehingga sangat tepat rasanya jika para pendidik melakukan refleksi diri.
KOMPAS.com - Besarnya animo satuan pendidikan dalam menerapkan kurikulum merdeka mendapat apresiasi tinggi dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Bagaimana tidak hingga 20 April 2022 tercatat sebanyak 62.955 satuan pendidikan sudah mendaftar sebagai peserta dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka diharapkan mampu mengatasi krisis pembelajaran yang terjadi. Selain krisis akibat kesenjangan pembelajaran antar wilayah, kesenjangan antar kelompok sosial serta learning loss akibat pandemi Covid 19.
Besar harapan pemerintah agar para guru mau saling belajar dan berbagi. Bersama-sama tumbuh menjadi pembelajar sepanjang hayat hingga siswa belajar pada orang yang tepat.
Bagaimana cara mewujudkan harapan pemerintah ini?
Kita tidak bisa pungkiri bahwa sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk peningkatan kualitas pendidik.
Berbagai program pelatihan sudah diberikan kepada guru dan tenaga pendidik, tapi pertanyaannya apakah semua effort yang dilakukan pemerintah itu memberikan impact yang tinggi terhadap kualitas pendidikan selama ini?
Membangun manusia adalah investasi yang tidak berwujud nyata. Membangun manusia butuh kerja sama dan niat suci dari berbagai pihak.
Rangking PISA (Program for Internasional Student Assesment) tahun 2018 yang berada diperingkat 74 dari 79 negara.
Baca juga: Kemendikbud Buka Beasiswa Guru PAUD dan SD ke Amerika Serikat
Kenyataan ini tidak memberi peluang bagi pendidik untuk membela diri karena jelas hasil tes ini menunjukkan lemahnya pendidikan di Indonesia terutama di bidang Membaca, Matematika dan Sains.
Mengapa ini terjadi? Mari merefleksi diri:
Ini terjadi pada sebagian pendidik, sudah dilatih berkali-kali namun cara mengajar tetap sama saja. Berapa ruginya bangsa kita jika dana yang digelontorkan untuk melatih guru tidak memberikan perubahan positif dalam memfasilitasi pembelajaran di kelasnya.
Kondisi yang diharapkan adalah semua hasil pelatihan harus diimplemetasikan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pelatihan tidak menjadi ajang saling sua dan jalan-jalan saja. Hanya duduk mendengarkan materi tanpa melakukan pemaknaan yang berarti.