Oleh: Sherly (Mahasiswa Program Studi Psikologi Profesi Jenjang Magister, Universitas Tarumanagara) | Dr. Naomi Soetikno, M.Pd., Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara)
KOMPAS.com - Salah satu tanggung jawab utama mahasiswa ialah belajar dan menyelesaikan tugas-tugas akademik. Dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut tentunya akan memerlukan waktu, tenaga, dan pehatian yang tidak sedikit.
Maka itu, sangat penting bagi seorang mahasiswa untuk memiliki kemampuan dalam mengatur dirinya, seperti mengatur waktu belajar, waktu mengerjakan tugas, waktu pribadi, serta mampu membagi waktu kuliah dengan kegiatan diluar kampus (Fauziah & Mukhlis, dalam Nisa, Mukhlis, Wahyudi, & Putri, 2019).
Baca juga: Mahasiswa Rentan Kena TBC? Ini Kata Dokter Spesialis Paru UNS
Namun, dalam prosesnya, mahasiswa mungkin akan merasa panik ketika melihat list pekerjaan yang semakin panjang dan waktu untuk mengerjakan yang semakin pendek, belum lagi mungkin ada hal-hal lain yang juga perlu dilakukan.
Hal ini akan memicu stres, pada akhirnya kita akan terjebak dalam kesibukan yang menguras tenaga dan pikiran sementara hasil dari pekerjaan itu belum tentu sesuai dengan yang kita harapkan.
Untuk mengatasi persoalan ini, kuncinya terletak pada penentuan dan penyusunan skala prioritas.
Penentuan prioritas ini seperti sebuah cerita ilustrasi dari sebuah toples kosong, beberapa batu, beberapa kerikil, dan pasir. Ketika pasir yang dimasukkan terlebih dahulu ke dalam toples kosong, akan menyebabkan tidak ada ruang untuk batu atau kerikil.
Sementara ketika batu yang dimasukkan terlebih dahulu, kemudian disusul dengan kerikil, kemudian disusul lagi dengan batu, maka ketiganya akan tetap memiliki ruang di toples kosong tersebut.
Dalam cerita ini, batu dianggap sebagai hal yang paling penting. Kerikil, dianggap sebagai hal-hal yang membuat hidup seseorang menjadi nyaman, seperti liburan, bermain bersama teman, dan lain sebagainya.
Berikutnya, pasir dianggap sebagai hal-hal kecil yang tidak terlalu penting di dalam hidup (Erabaru, 2021).
Baca juga: Ikut UTBK-SBMPTN 2022, Ini 13 PTN Terbaik Indonesia Versi QS WUR 2022
Apabila individu tidak mampu membagi prioritas suatu hal atau pekerjaan, dampak yang mungkin terjadi adalah:
Oleh karena itu, selain kemampuan melaksanakan pekerjaan, kita juga perlu memiliki kemampuan untuk memilah mana hal yang benar-benar penting dan mendesak, mana yang penting namun tidak mendesak, mana yang tidak penting namun mendesak, serta mana yang tidak penting dan juga tidak mendesak.
Salah satu instrumen yang dapat membantu individu untuk memetakan prioritas ialah matriks Eisenhower.
Matriks Eisenhower merupakan salah satu instrumen yang dapat membantu kita dalam menentukan prioritas suatu pekerjaan. Pada dasarnya matriks Eisenhower membagi pekerjaan ke dalam empat kategori, antara lain :
Kuadran 1: do first (penting dan mendesak). Kuadran ini berisi pekerjaan yang penting dan mendesak untuk diselesaikan secepatnya. Mungkin pada hari itu juga, atau pada hari berikutnya.