Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andaru Psikologi Untar
Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Kolom bincang masalah mahasiswa bersama Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara.

Andaru memiliki makna yang sarat akan kebahagiaan. Kolom ini mengajak pembaca membahas masalah seputar kehidupan mahasiswa, baik terkait akademik maupun non-akademik.

Bagi pembaca yang ingin berkonsultasi lebih lanjut, silahkan menghubungi Pusat Bimbingan & Konsultasi Psikologi (PBKP) Untar melalui kontak: 081292926276, email layanan: konsul.psikologi@untar.ac.id

Fakultas Psikologi Untar memiliki program sarjana, magister, dan profesi.

Lokasi: Jl. Letjen S. Parman No.1, Jakarta Barat. Website: http://untar.ac.id

Mahasiswa Harus Tanggung Jawab dengan Prioritas Akademik

Kompas.com - 06/04/2022, 15:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Dian Ihsan

Oleh: Sherly (Mahasiswa Program Studi Psikologi Profesi Jenjang Magister, Universitas Tarumanagara) | Dr. Naomi Soetikno, M.Pd., Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara)

KOMPAS.com - Salah satu tanggung jawab utama mahasiswa ialah belajar dan menyelesaikan tugas-tugas akademik. Dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut tentunya akan memerlukan waktu, tenaga, dan pehatian yang tidak sedikit.

Maka itu, sangat penting bagi seorang mahasiswa untuk memiliki kemampuan dalam mengatur dirinya, seperti mengatur waktu belajar, waktu mengerjakan tugas, waktu pribadi, serta mampu membagi waktu kuliah dengan kegiatan diluar kampus (Fauziah & Mukhlis, dalam Nisa, Mukhlis, Wahyudi, & Putri, 2019).

Baca juga: Mahasiswa Rentan Kena TBC? Ini Kata Dokter Spesialis Paru UNS

Namun, dalam prosesnya, mahasiswa mungkin akan merasa panik ketika melihat list pekerjaan yang semakin panjang dan waktu untuk mengerjakan yang semakin pendek, belum lagi mungkin ada hal-hal lain yang juga perlu dilakukan.

Hal ini akan memicu stres, pada akhirnya kita akan terjebak dalam kesibukan yang menguras tenaga dan pikiran sementara hasil dari pekerjaan itu belum tentu sesuai dengan yang kita harapkan.

Untuk mengatasi persoalan ini, kuncinya terletak pada penentuan dan penyusunan skala prioritas.

Penentuan prioritas ini seperti sebuah cerita ilustrasi dari sebuah toples kosong, beberapa batu, beberapa kerikil, dan pasir. Ketika pasir yang dimasukkan terlebih dahulu ke dalam toples kosong, akan menyebabkan tidak ada ruang untuk batu atau kerikil.

Sementara ketika batu yang dimasukkan terlebih dahulu, kemudian disusul dengan kerikil, kemudian disusul lagi dengan batu, maka ketiganya akan tetap memiliki ruang di toples kosong tersebut.

Dalam cerita ini, batu dianggap sebagai hal yang paling penting. Kerikil, dianggap sebagai hal-hal yang membuat hidup seseorang menjadi nyaman, seperti liburan, bermain bersama teman, dan lain sebagainya.

Berikutnya, pasir dianggap sebagai hal-hal kecil yang tidak terlalu penting di dalam hidup (Erabaru, 2021).

Baca juga: Ikut UTBK-SBMPTN 2022, Ini 13 PTN Terbaik Indonesia Versi QS WUR 2022

Apabila individu tidak mampu membagi prioritas suatu hal atau pekerjaan, dampak yang mungkin terjadi adalah:

  • Waktu akan habis hanya untuk bekerja, dimana individu menganggap semua pekerjaan itu penting dan menyelesaikannya dalam waktu bersamaan sehingga hasilnya juga menjadi tidak maksimal.
  • Pekerjaan akan jadi kacau karena tidak tahu mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu;.
  • Individu jadi tidak memiliki waktu untuk urusan pribadi.
  • Tidak fokus dalam menyelesaikan pekerjaan dan mudah terdistraksi oleh hal-hal kecil seperti media sosial, dan lain sebagainya.
  • Hasil pekerjaan jadi kurang maksimal (Sabrina, 2021).

Oleh karena itu, selain kemampuan melaksanakan pekerjaan, kita juga perlu memiliki kemampuan untuk memilah mana hal yang benar-benar penting dan mendesak, mana yang penting namun tidak mendesak, mana yang tidak penting namun mendesak, serta mana yang tidak penting dan juga tidak mendesak.

Salah satu instrumen yang dapat membantu individu untuk memetakan prioritas ialah matriks Eisenhower.

Matriks Eisenhower merupakan salah satu instrumen yang dapat membantu kita dalam menentukan prioritas suatu pekerjaan. Pada dasarnya matriks Eisenhower membagi pekerjaan ke dalam empat kategori, antara lain :

Kuadran 1: do first (penting dan mendesak). Kuadran ini berisi pekerjaan yang penting dan mendesak untuk diselesaikan secepatnya. Mungkin pada hari itu juga, atau pada hari berikutnya.

Dapat dikatakan bahwa dalam kuadran ini kita seolah dipaksa untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan sebaik dan secepat mungkin.

Baca juga: Untirta Akan Jalani PTM Terbatas

Kuadran 2: schedule (penting namun tidak mendesak). Kuadran ini berisi pekerjaan yang penting namun tidak mendesak sehingga bisa diselesaikan lain waktu. Akan tetapi, karena sifatnya yang penting maka pekerjaan ini bisa membawa dampak yang besar baik bagi diri pribadi maupun organisasi.

Apabila pekerjaan di kuadran satu, fokus pada penyelesaian secepatnya, pada kuadran dua ini lebih diarahkan pada kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan berkontribusi dalam mencapai tujuan.

Kuadran 3: delegate (tidak penting namun mendesak). Kuadran ini berisi pekerjaan yang tidak penting bagi kita, namun mendesak untuk diselesaikan. Bisa saja pekerjaan ini sebenarnya merupakan prioritas orang lain yang dimintakan bantuan pada kita.

Jika seperti ini, maka memfokuskan diri kita untuk menyelesaikannya bukanlah hal yang tepat.

Oleh sebab itu pekerjaan ini bisa didelegasikan pada orang lain sehingga tetap bisa diselesaikan sementara kita fokus pada pekerjaan penting lainnya.

Kuadran 4: don’t do (tidak penting dan tidak mendesak). Kuadran ini berisi pekerjaan yang tidak penting dan juga tidak mendesak. Pekerjaan atau hal-hal ini, tidak akan berdampak besar pada pekerjaan kita, dan juga tidak mendesak untuk diselesaikan.

Contoh pekerjaan atau aktivitas yang dimaksud antara lain seperti menonton serial drama atau membuka media sosial terlalu lama pada jam belajar atau jam perkuliahan.

Hal ini bebas dilakukan di luar jam kerja, bahkan bisa saja dilakukan pada jam kerja sebagai selingan. Namun jika dilakukan terlalu lama, akan menghambat penyelesaian tugas terutama yang ada di kuadran satu dan dua (Amalia, 2020).

Jadi, dengan memahami keempat kuadran yang membantu dalam membuat skala prioritas, maka individu akan lebih jelas mengenai hal atau kegiatan mana yang perlu dikerjakan terlebih dahulu hingga hal mana yang sebenarnya tidak perlu dikerjakan.

Baca juga: Maudy Ayunda Jadi Jubir Presidensi G20, Ini Kata Pakar Unair

Dengan itu, waktu pun akan terpakai dengan lebih efisien dan individu juga tidak kewalahan dengan kesibukan-kesibukan yang sebenarnya tidak diperlukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com