Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Paris Fashion Week, Pakar Unair: Naikkan "Engagement" Brand

Kompas.com - 23/03/2022, 09:26 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Sejumlah brand asal Indonesia yang mengaku tampil dalam pagelaran Paris Fashion Week 2022 tengah mendapat perhatian.

Pasalnya, mereka dituding "halu" dan terkesan membodohi konsumen.

Baca juga: Pakar Hukum Unair: Crazy Rich Jadi Sasaran Empuk Pajak Negara

Pakar Komunikasi Branding asal Universitas Airlangga (Unair), Dina Septiani menanggapi fenomena tersebut sebenarnya merupakan cara untuk memperkuat positioning sekaligus meningkatkan engagement.

"Relevan dengan pencitraan merek, tujuan sebenarnya adalah agar bisa dilihat dan dibicarakan oleh kita. Sekaligus menempatkan brand mereka di kancah internasional, utamanya agar dilihat oleh reseller dan konsumen mereka," kata dia melansir laman Unair, Rabu (23/3/2022).

Memboyong banyak selebgram ternama, dia menilai metode itu cukup berhasil meningkatkan engagement brand tersebut di media sosial (medsos).

"Mereka ingin menciptakan adanya word of mouth, memberitahu follower brand dan brand ambassador yang ikut ke Paris, bahwa mereka sebagai brand Indonesia bisa loh ke Paris, terlepas itu PFW resmi atau tidak," jelas dia.

Mengenai pembodohan konsumen, dia menyampaikan adanya ketidaksesuaian etika dalam komunikasi.

Seharusnya, brand harus dapat memahami batasan etika pemasaran, jika tidak benar maka jangan disampaikan.

Baca juga: Agar Tidak Kena Tipu, Begini Cara Cek Investasi Bodong ala Pakar UGM

"Tapi kalau ada kesalahpahaman, mari kita lihat apa tindakan yang akan dilakukan brand, apakah meminta maaf atau tidak," tutur dia.

Sebuah brand yang ingin menempatkan positioning, harus mengerti cara dan etikanya.

Dosen Ilmu Komunikasi ini menyebut, perlakuan yang tidak sesuai justru malah terkesan mengglorifikasi hal-hal yang tidak perlu.

Meski tidak dapat dibenarkan secara etika, dia mengaku prestasi yang dilakukan brand tersebut patut diapresiasi.

"Saya salut, model bisnis mereka mampu bertahan hingga hari ini, dan memberikan kontribusi positif pada negeri paling tidak dalam menyerap tenaga kerja. Mereka punya keinginan untuk mengembangkan brand asli Indonesia," ungkap dia.

Brand harus memahami media sosial terus memacu penampilan yang terbaik, tapi kalau tidak sesuai dengan kenyataannya justru akan melanggar etika pemasaran.

Baca juga: Resmi Dibuka, Ini Cara Daftar UTBK SBMPTN 2022

"Pencitraan merek itu perlu, memperkuat positioning di mata audiens itu perlu, tapi harus paham batasannya. Jangan sampai mengglorifikasi dan akhirnya malah menjatuhkan citra brand," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com