Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan SMK Telah Gunakan Kurikulum Prototipe

Kompas.com - 16/01/2022, 19:49 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Program pemerintah untuk menerapkan Kurikulum Prototipe 2022 diyakini mampu membantu sekolah mengatasi dampak kehilangan pembelajaran (learning loss) akibat tidak optimalnya pembelajaran selama dua tahun terakhir.

Termasuk, menerapkan kurikulum ini di tingkat SMK. Kurikulum Prototipe terus disosialisasikan ke berbagai SMK di seluruh Indonesia oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi). Total ada ratusan SMK yang sudah melakukan uji coba terhadap kurikulum ini sejak 2021.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, Wikan Sakarinto, menyampaikan dari SMK yang sudah menerapkan Kurikulum Prototipe, ada 400-500 SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) telah disurvei terkait kecocokan.

"Dari survei yang kami lakukan, 95 persen Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan sangat cocok bagi siswa dan gurunya," terangnya dalam acara Silaturahmi Merdeka Belajar dengan tema Mewujudkan SDM Unggul melalui SMK Pusat Keunggulan dan Kampus Merdeka Vokasi.

Baca juga: 15 Politeknik Terbaik Versi Webometric, Referensi Memilih Kampus

Kurikulum Prototipe merupakan kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi siswa. Kurikulum Prototipe ini sudah diujicobakan di sekitar 2.500 sekolah penggerak dan 1.000 SMK PK dI seluruh Indonesia.

Wikan menilai kurikulum baru akan meningkatkan profil Pelajar Pancasila hingga mendorong project based learning sampai tiga semester. Kurikulum tersebut, kata Wikan, juga akan menyederhanakan pembentukan hard skill.

Tentu kurikulum ini akan lebih menguatkan kompetensi tidak hanya hard skill dan technical skill tapi justru platformnya dalam penguatan soft skill, karakter, dan leadership," katanya

Ia berharap kurikulum baru ini dapat membebaskan guru dan kepala sekolah untuk memerdekakan anak-anak belajar.

Baca juga: Masuk Kampus Lewat SNMPTN atau SNMPN? Intip Bedanya 2 Jalur Ini

Meski secara kurikulum, SMK PK sudah cocok dengan saat ini namun kementerian masih memiliki tantangan untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM).

Misalnya dalam meningkatkan daya saing lulusan vokasi, menurunkan pengangguran, hingga menciptakan lebih banyak pengusaha.

"Kita masih punya PR besar untuk mewujudkan daya saing bangsa khususnya dari Vokasi. Juga meningkatkan SDM bangsa dan menurunkan pengangguran secara signifikan serta meningkatkan entrepreneur. Harus terus push dengan inovasi terbaru agar bisa terus meningkat. Jangan sampai cepat puas," ucapnya.

Sementara itu, terkait sekolah yang belum menggunakan Kurikulum Prototipe, Wikan menjelaskan bahwa hal itu diserahkan kepada satuan pendidikan.

"Kurikulum prototipe ini kebijakan kementerian tidak mewajibkan. Termasuk di SD, SMP, SMA itu terserah kepala sekolah dan guru-guru. Mau menerapkan kurikulum prototipe atau kurikulum yang lama, kita merdekakan," jelasnya.

Wikan sendiri sangat mengapresiasi dukungan kepada banyak guru yang sudah memahami kurikulum ini dengan baik dan terus mensosialisasikannya.

Baca juga: Lulusan SMK yang Lanjut Kuliah dan Buka Usaha Meningkat pada 2021

Menurutnya, Ditjen Vokasi sangat mendukung apabila ada lebih banyak guru terutama dari SMK PK yang menjelaskan tentang kurikulum prototipe itu lebih simple, lebih adaptif, lebih menguatkan pada substansi, leadership, dan yang lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com