Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PPI Dunia Dorong Penghapusan Dikotomi Istilah Minoritas dan Mayoritas demi Perdamaian

Kompas.com - 03/05/2021, 09:13 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Simposium PPI Dunia Kawasan Timur Tengah dan Afrika (PPIDK Timtengka) 2021 resmi dibuka. Forum tahunan yang mengusung tema “Moderasi Beragama dalam Dinamika Berbangsa dan Bernegara Pasca Covid-19” ini dilaksanakan semi daring dengan PPMI Mesir sebagai tuan rumah.

Sesi daring yang dimulai Jum’at (30/4/2021) hingga Selasa (4/5/2021) terdiri dari 4 subtema, yakni Geopolitik, Moderasi Beragama, Pendidikan dan Ekonomi. Sedangkan sesi luring akan diselenggarakan dari tanggal 17-21 Mei 2021 di Kairo, Mesir.

Koordinator PPI Dunia, Choirul Anam dalam sambutannya mengajak untuk menghapuskan dikotomi istilah minoritas dan mayoritas untuk menciptakan perdamaian.

Sementara itu, Staf Ahli Hubungan Antar Lembaga Kementerian Luar Negeri, Muhsin Syihab mengungkapkan bahwa moderasi adalah salah satu sikap yang mendorong Indonesia untuk bangkit pasca pandemi Covid-19, karena pergulatan seputar permasalahan ini hanya akan menyita waktu.

Baca juga: Desa Terang Desa Internet, Inisiasi PPI Dunia Hadirkan Internet Daerah 3T

“Sudah saatnya kita berhenti dari doktrin yang mengarah kepada kestagnanan berpikir, dengan cara pertama, menafsirkan doktrin secara struktural bukan individual semata, kedua, mengubah cara pikir yang subjektif menjadi lebih objektif, ketiga, mengubah pengamatan normatif ke teoretis,” paparnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Panelis kedua, yakni Prof. Suyitno selaku Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam menyampaikan, dengan menjalankan ajaran agama secara inklusif maka seseorang akan melihat perbedaan agama sebagai suatu fitrah yang ada di antara manusia.

Duta Besar LBBP KBRI Kairo, Lutfi Rauf turut memaparkan materi. Ia membahas peran WNI di berbagai sektor, yakni sebagai Duta Islam Wasathiyah, Duta Produk Indonesia, dan Duta Budaya.

Lalu, Duta Besar LBBP Beirut, Hajrianto J. Tohari memaparkan contoh sikap pluralistik beragama yang diterapkan oleh negara Libanon dengan membagi kekuasaan berdasarkan golongan untuk mengelola pemerintahan.

Baca juga: Beasiswa S1 Jepang 2022, Kuliah Gratis dan Tunjangan Rp 15 Juta Per Bulan

Ia juga mengungkapkan bahwasanya konflik yang ada di Timur Tengah bukan disebabkan oleh perbedaan agama atau sekte, melainkan karena Geopolitik.

“Sebab tidak ada ajaran agama yang mengajarkan kekerasan,” jelasnya.

Selanjutnya sesi panel Geopolitik ditutup dengan materi dari Atase Pertahanan KBRI Kairo Alvin Dermawan. Pada kesempatan tersebut, ia menjelaskan bahwa Covid-19 tidak membawa pengaruh besar terhadap konstelasi geopolitik.

“Tema Geopolitik sangat bermanfaat bagi banyak kalangan, terkhusus mahasiswa di Timur Tengah dan Indonesia agar tidak buta wawasan tentang geopolitik Timur Tengah. Dan kita tidak dapat mengabaikan fakta, bahwa Timur Tengah memiliki pengaruh besar dalam banyak bidang di dunia,” paparnya.

Ditanggapi oleh Deputy Chief of Mission KBRI Kairo, M Aji Surya bahwa tugas mahasiswa ialah memberi pencerahan kepada masyarakat atas persepsi yang salah terhadap Timur Tengah, bukan malah memperburuk keadaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com