KOMPAS.com - Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto mengatakan, menurunnya tingkat kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian menimbulkan berbagai sebaran hoaks.
Belakangan, kasus penembakan yang mengakibatkan tewasnya Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J menjadi sorotan.
Setelah hampir sebulan kasus berjalan, kepolisian masih belum kunjung menetapkan tersangka.
Berbagai kejanggalan pun menimbulkan berbagai asumsi, hingga hoaks di masyarakat pun tak terelakkan.
"Salah satunya itu efek ya, efek dari ketidakpercayaan publik pada polisi. Publik itu berhak untuk menyurakan pendapatnya di media sosial," ujar Bambang saat dihubungi Kompas.com, Senin (1/8/2022).
Baca juga: [HOAKS] Skenario Kebohongan Ferdy Sambo dan Istri Terpatahkan
Menurut Bambang, selama ini pihak kepolisian tidak menyajikan fakta yang lengkap, sehingga muncul opini liar dari masyarakat.
"Kalau kepolisian tidak menyajikan fakta-fakta, hanya opini-opini yang tidak bisa diklarifikasi oleh masyarakat, akibatnya masyarakat juga akan menyampaikan opini dan asumsinya sendiri," ucapnya.
Dia berpendapat, polisi seolah menutup-nutupi fakta kasus ini. Masyarakat pun akhirnya menghubungkan antara fakta satu dan lainnya yang dirasa janggal.
"Untuk mengerem opini liar, sebisa mungkin penegak hukum, karena sudah diberi kewenangan oleh negara, segera menyampaikan fakta-fakta dan bukti kepada publik agar tidak semakin liar," kata Bambang.
Seperti diketahui, kasus ini melibatkan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Irjen Ferdy Sambo, istrinya, dan Bharada E yang bertindak sebagai ajudan.
Tewasnya Brigadir J, menurut polisi, diduga akibat saling tembak dengan Bharada E di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo di Kawasan Duren Tiga, Jakarta, pada Jumat (8/7/2022), sekitar pukul 17.00 WIB.
Baca juga: Cek Fakta Sepekan: Hoaks Kasus Brigadir J hingga UFO di Tanah Abang...