Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siska Dewi
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Siska Dewi adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

9 Ciri-ciri Kepribadian Orang Terpercaya

Kompas.com - 04/06/2022, 13:06 WIB
Kompasianer Siska Dewi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mengenal 9 Ciri Kepribadian Insan Terpercaya"

KOMPAS.com - Meski belum menjadi pemimpin organisasi, orang terpercaya akan senantiasa berperilaku dengan integritas, kompetensi, dan kebajikan.

Menurut Cynthia Bazin, seorang motivator di bidang pengembangan kepribadian, strategi bisnis, dan penjenamaan, ada 9 ciri kepribadian yang dimiliki oleh seorang orang terpercaya, antara lain:

1. Autentik (authentic)

Melansir psychologytoday, individu yang autentik adalah mereka yang menyelaraskan tindakan dengan nilai-nilai inti dan keyakinan yang dianut. Mereka berusaha menemukan dan bertindak selaras dengan diri mereka yang sebenarnya.

Mereka mungkin mengalami perasaan negatif jika melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai inti dan keyakinan yang dianut. Perasaan negatif ini dapat berupa ketidaknyamanan ringan hingga rasa bersalah yang berat.

Baca juga: Ciri Orang yang Gila Kerja atau Workaholic, Kenali 7 Tanda Ini

Sebagai contoh, orang yang menjunjung tinggi nilai kejujuran akan merasa tidak nyaman ketika terpaksa berbohong.

2. Konsisten (consistent)

Menurut KBBI, konsisten dapat berarti tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek. Ketika individu dipersepsikan sebagai insan terpercaya, lingkungan mengharapkan mereka secara konsisten menunjukkan perilaku yang positif.

Namun demikian, secara konsisten menunjukkan perilaku positif bukanlah perkara mudah. Ada hari-hari tertentu ketika kita merasa lelah karena beragam alasan.

Agar dapat berperilaku positif secara konsisten, sebagian orang memanfaatkan gratitude journal. Setiap malam sebelum tidur, mereka bersyukur atas hal-hal positif yang dialami sepanjang hari dan mencatatnya.

Satu orang membuka hari dengan mengucapkan doa syukur atas nafas kehidupan di hari yang baru. Lainnya mempraktikkan meditasi.

Senantiasa bersyukur dan optimistis menatap hari depan membantu kita untuk bersikap positif, terlepas dari betapa negatifnya kondisi yang kita hadapi.

3. Berintegritas (integrity)

Stephen L Carter mendefinisikan integritas sebagai keberanian untuk memegang keyakinan secara teguh dan utuh. Carter membagi proses menuju integritas dengan tiga langkah: discern (membedakan), act (bertindak), state (menyatakan).

Menurut Carter, untuk hidup penuh integritas, individu perlu membedakan apa yang benar dan apa yang salah. Dibutuhkan waktu dan refleksi yang mendalam sebelum seseorang dapat memilih kebenaran.

Langkah berikutnya adalah bertindak mengikuti apa yang seseorang yakini sebagai sesuatu yang benar. Terakhir, apa yang diyakini benar dan diwujudkan dalam tindakan itu juga harus dinyatakan secara verbal.

Integritas mengharuskan seseorang untuk berbicara tentang tindakannya tanpa rasa malu; menjelaskan apa yang dilakukannya sehubungan dengan keyakinan dan pilihannya.

4. Berbelas kasih (compassionate)

Cynthia Bazin menegaskan bahwa insan terpercaya senantiasa menempatkan kakinya dalam sepatu orang lain. Alih-alih berfokus pada diri sendiri, mereka cenderung memikirkan dan berusaha memahami orang lain.

Melansir Psychological Science, belas kasih sering dianggap sama dengan empati dan altruisme. Namun sesungguhnya, ketiga hal ini tidak identik.

Empati merupakan cerminan otomatis dari emosi orang lain. Misalnya, ikut merasakan kesedihan seorang teman.

Altruisme adalah tindakan yang menguntungkan orang lain. Tindakan ini bisa disertai empati atau kasih sayang, bisa juga tidak.

Belas kasih melibatkan respons empatik dan perilaku altruistik. Belas kasih didefinisikan sebagai respons emosional ketika kita merasakan penderitaan orang lain dan melibatkan keinginan yang autentik untuk membantu.

5. Penuh kebajikan (kind)

Dr David Hamilton, seorang pakar di bidang mind-body connection memperkenalkan 5 efek samping dari kebajikan. Tentu saja, efek samping ini adalah efek samping yang positif.

Kebajikan membuat kita lebih gembira. Ketika kita melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain, kita merasa nyaman. Saat kita melakukan kebajikan, ada sesuatu yang jauh di dalam diri kita yang berkata dengan gembira, 'Inilah saya. Saya telah melakukan sesuatu yang benar'.

Kebajikan baik untuk kesehatan jantung. Tindakan kebajikan sering disertai kehangatan emosional. Kehangatan emosional menghasilkan hormon oksitosin di otak dan di seluruh tubuh.

Oksitosin menyebabkan pelepasan zat kimia yang disebut oksida nitrat yang melebarkan pembuluh darah dan mengurangi tekanan darah.

Kebajikan membuat kita awet muda. Selain mengurangi tekanan darah, hormon oksitosin juga mengurangi tingkat radikal bebas dan peradangan dalam sistem kardiovaskular.

Radikal bebas dan peradangan adalah faktor yang mempercepat proses penuaan. Hormon oksitosin yang dihasilkan tubuh pada saat kita melakukan tindakan kebajikan, memperlambat penuaan pada sumbernya.

Kebajikan meningkatkan kualitas hubungan. Tindakan kebajikan mengurangi jarak emosional antara dua orang sehingga kita merasa lebih 'terikat'. Semakin kuat ikatan emosional dalam kelompok, semakin besar peluang untuk bertahan.

Kebajikan itu menular. Ketika kita melakukan kebajikan, kita menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Sama seperti kerikil yang menciptakan gelombang ketika dijatuhkan ke dalam kolam, demikian pula tindakan kebajikan mengalir keluar menyentuh kehidupan orang lain dan menginspirasi kebaikan ke mana pun ombak itu pergi.

6. Penuh sumber daya (resourceful)

Insan terpercaya selalu belajar dan berkembang. Mereka adalah pembelajar seumur hidup. Mereka selalu tahu ada ruang untuk menjadi lebih baik.

Mereka tahu cara untuk membantu menginspirasi dan mendukung orang lain. Mereka tidak ragu memberi dan membagikan sumber daya tersebut.

7. Menjembatani ide-ide (connectors)

Menjembatani ide-ide adalah suatu keterampilan yang unik. Mereka mampu menghubungkan ide dan sudut pandang yang tampaknya berbeda.

Baca juga: Ciri-ciri Orang Mengalami Gangguan Kesehatan Mental Berat Psikosis

Mereka mampu melakukan visualisasi saat mendengar suatu ide, kemudian menghubungkannya dengan ide-ide yang lain untuk mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan suatu masalah.

8. Rendah hati (humble)

Orang terpercaya tidak menuntut perlakuan istimewa atas pencapaian mereka. Sebagai bagian dari tim, mereka menyadari dan mengakui bahwa hasil yang dicapai merupakan usaha bersama, bukan pencapaian individu.

9. Selalu siap sedia (available)

Insan terpercaya senantiasa menyediakan diri mendukung orang lain. Mereka memerhatikan orang-orang di sekeliling mereka dan siap sedia mengulurkan tangan pada saat ada yang memerlukan bantuan.

Selamat mempraktikkan 9 ciri kepribadian insan terpercaya menurut Cynthia Bazin. Semoga bermanfaat.

Referensi: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com