Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Meskipun di Indonesia belum pernah ditemukan rangka manusia dengan tato di kulitnya, namun adanya tato ditafsirkan dari sejumlah artefak yang mempunyai motif hias manusia atau menggambarkan figur manusia.
Baca juga: Sejarah Ketupat Jadi Kudapan Saat Lebaran, Sebagai Tolak Bala?
Misalnya, penelitian yang dilakukan Jan Fontein terhadap suatu artefak yang diperkirakan berasal dari Pulau Roti.
Artefak ini memiliki seni tato pada figur manusianya. Bagian tubuh dihiasi dengan lingkaran-lingkaran konsentris yang menggambarkan tato. Bagian wajah yang digambarkan seperti topeng, tampaknya juga memperlihatkan adanya tato.
Hal ini terlihat dari adanya semacam garis atau goresan pada kedua pipi seperti taring, mulai dari rahang bawah sampai kelopak bawah mata (Jejak-jejak Budaya, hal. 145).
Motif tato juga tersirat pada kapak perunggu yang disebut kapak Makassar, berupa goresan mendekati sudut mulut.
Selain itu pada nekara Pejeng, yang motif garis lengkung atau goresan pada kedua pipi dan dagu serupa dengan tato orang Mentawai. Artefak selanjutnya yang menyiratkan tato adalah kendi dari Melolo, berupa goresan pada bagian pipi.
Data artefaktual lain untuk melacak tradisi tato adalah peralatan untuk membuat tato. Berbagai peralatan yang sejenis dengan di Kepulauan Pasifik ternyata pernah ditemukan di beberapa gua di Sampung, Tuban, dan Sulawesi Selatan.
Dari perspektif arkeologi, diketahui tato tertua ditemukan dalam bentuk mumi berusia 5.300 tahun yang terawetkan secara alami.
Mumi itu ditemukan pada 1991 di Pegunungan Alpen, Skandinavia. Mumi Otzi, demikian julukannya, memiliki 61 tato. Luar biasa.
Sebagian besar berupa garis-garis hitam tipis paralel atau salib yang ditemukan pada kedua sisi tulang belakang, betis kiri, punggung kaki kanan, kedud sisi sendi pergelangan kaki, dan di bagian kanan tubuh (Peradaban Tato dari Zaman ke Zaman, hal. 26).
Beberapa tahun lalu para arkeolog menemukan mumi bertato pada dua rangka manusia. Diperkirakan kedua mumi hidup pada masa sebelum Mesir disatukan Firaun, yaitu antara 3351 dan 3017 Sebelum Masehi.
Mumi laki-laki memiliki tato bergambar banteng (melambangkan kejantanan dan kesuburan) dan domba (melambangkan seksualitas dan maskulinitas).
Baca juga: Sejarah Tradisi Mudik di Indonesia, Sudah Ada Sejak Zaman Majapahit
Pada mumi perempuan bergambar "S" sejajar, mungkin berhubungan dengan ritual keagamaan.
Data arkeologi saja tidak cukup untuk mengetahui makna dan fungsi tato zaman dulu. Namun masalah ini biasanya dijembatani dengan analogi etnografi suku-suku bangsa yang masih memiliki kebiasaan menato tubuh. Dalam arkeologi, pendekatan seperti ini dikenal dengan istilah etnoarkeologi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.