Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Djulianto Susantio
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Djulianto Susantio adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Mumi Berusia 5.300 Tahun Ini Memiliki 61 Tato

Kompas.com - 28/05/2022, 07:07 WIB
Kompasianer Djulianto Susantio,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Luar Biasa, Mumi Purba Berusia 5.300 Tahun Memiliki 61 Tato"

KOMPAS.com - Suku Mentawai di Sumatera Barat memiliki rajah atau tato di tubuhnya, sesuai ritual Arat Sabulungan.

Arat Sabulungan merupakan satu sistem pengetahuan, nilai, dan aturan hidup yang dipegang kuat dan diwariskan oleh leluhur suku Mentawai. Mereka meyakini adanya dunia roh dan jiwa.

William Marsden dalam laporannya abad ke-18 mengatakan, umumnya penduduk Mentawai memakai tato (titi). Mereka mulai memberi tato pada anak laki-laki sejak berumur tujuh tahun. Semakin bertambah usia si anak, tato semakin dilengkapi.

Khusus di Pagai, tato kaum perempuan berbentuk bintang dan ditorehkan di kedua bahu. Tato itu dibuat dengan kawat tembaga yang dipasang tegak lurus di ujung sepotong kayu dengan panjang sekitar 20 sentimeter.

Baca juga: Sejarah Nastar, Kue Khas Lebaran yang Ternyata Berasal dari Belanda

 

Tinta yang dipakai terbuat dari jelaga damar yang dicampur air atau air tebu (Sejarah Sumatra, hal. 272).

Tato memang tidak bisa dilepaskan dari penduduk wilayah ini. Banyak pakar memperkirakan tato tertua berasal dari Mentawai. Beberapa sumber menyebutkan masyarakat Mentawai sudah menato tubuh sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera pada Zaman Logam, 1500 SM -- 500 SM.

Mereka adalah bangsa Proto-Melayu yang berasal dari daratan Asia (Indocina). Tradisi tato di Mentawai mungkin sezaman dengan tradisi tato di Mesir, yang sekurang-kurangnya telah ada pada 1300 SM.

Banyak orang asing terpikat oleh eksotisme tato tradisional (tribal tattoo), hingga mereka rela mencari langsung ke sumbernya. Tato tradisional Indonesia memang layak dihargai, karena seni dekorasi tubuh di sini diperkaya dengan budaya lokal.

Tradisi tato juga masih dianut masyarakat Dayak di Kalimantan.  Bagi  mereka, tato memiliki makna yang sangat mendalam.

Selain bagian dari tradisi dan religi, tato merupakan penunjuk status sosial seseorang dan sebagai bentuk penghargaan suku terhadap kemampuan seseorang. Karenanya tato tidak bisa dibuat sembarangan.

Ada aturan-aturan tertentu dalam pembuatan tato atau parung, yakni dalam pilihan gambarnya, struktur sosial orang yang ditato, dan penempatan tatonya. Secara religi tato memiliki makna sebagai "obor" dalam perjalanan seseorang menuju alam keabadian setelah kematian.

Motif tato pada nekara/kiri dan alat pembuat tato/kanan.The Stone Age of Indonesia Motif tato pada nekara/kiri dan alat pembuat tato/kanan.

Proto-Austronesia

Tradisi tato di Asia Tenggara berkembang pada masyarakat yang memiliki rumpun bahasa Proto-Austronesia sekitar 3000 SM.

Arkeolog UGM, Anggraeni, mengatakan kesinambungan tradisi menato tubuh pada masa lampau dan pada masa sekarang diketahui dari hasil penelitian arkeologis di beberapa tempat di Kepulauan Pasifik.

Secara umum alat yang sekarang masih digunakan untuk membuat tato, ternyata masih sama dengan alat yang ditemukan dalam berbagai ekskavasi arkeologi.

Meskipun di Indonesia belum pernah ditemukan rangka manusia dengan tato di kulitnya, namun adanya tato ditafsirkan dari sejumlah artefak yang mempunyai motif hias manusia atau menggambarkan figur manusia.

Baca juga: Sejarah Ketupat Jadi Kudapan Saat Lebaran, Sebagai Tolak Bala?

 

Misalnya, penelitian yang dilakukan Jan Fontein terhadap suatu artefak yang diperkirakan berasal dari Pulau Roti.

Artefak ini memiliki seni tato pada figur manusianya. Bagian tubuh dihiasi dengan lingkaran-lingkaran konsentris yang menggambarkan tato. Bagian wajah yang digambarkan seperti topeng, tampaknya juga memperlihatkan adanya tato.

Hal ini terlihat dari adanya semacam garis atau goresan pada kedua pipi seperti taring, mulai dari rahang bawah sampai kelopak bawah mata (Jejak-jejak Budaya, hal. 145).

Motif tato juga tersirat pada kapak perunggu yang disebut kapak Makassar, berupa goresan mendekati sudut mulut.

Selain itu pada nekara Pejeng, yang motif garis lengkung atau goresan pada kedua pipi dan dagu serupa dengan tato orang Mentawai. Artefak selanjutnya yang menyiratkan tato adalah kendi dari Melolo, berupa goresan pada bagian pipi.

Data artefaktual lain untuk melacak tradisi tato adalah peralatan untuk membuat tato. Berbagai peralatan yang sejenis dengan di Kepulauan Pasifik ternyata pernah ditemukan di beberapa gua di Sampung, Tuban, dan Sulawesi Selatan.

Mumi

Dari perspektif arkeologi, diketahui tato tertua ditemukan dalam bentuk mumi berusia 5.300 tahun yang terawetkan secara alami.

Mumi itu ditemukan pada 1991 di Pegunungan Alpen, Skandinavia. Mumi Otzi, demikian julukannya, memiliki 61 tato. Luar biasa.

Sebagian besar berupa garis-garis hitam tipis paralel atau salib yang ditemukan pada kedua sisi tulang belakang, betis kiri, punggung kaki kanan, kedud sisi sendi pergelangan kaki, dan di bagian kanan tubuh (Peradaban Tato dari Zaman ke Zaman, hal. 26).

Beberapa tahun lalu para arkeolog menemukan mumi bertato pada dua rangka manusia. Diperkirakan kedua mumi hidup pada masa sebelum Mesir disatukan Firaun, yaitu antara 3351 dan 3017 Sebelum Masehi.

Mumi laki-laki memiliki tato bergambar banteng (melambangkan kejantanan dan kesuburan) dan domba (melambangkan seksualitas dan maskulinitas).

Baca juga: Sejarah Tradisi Mudik di Indonesia, Sudah Ada Sejak Zaman Majapahit

 

Pada mumi perempuan bergambar "S" sejajar, mungkin berhubungan dengan ritual keagamaan.

Data arkeologi saja tidak cukup untuk mengetahui makna dan fungsi tato zaman dulu. Namun masalah ini biasanya dijembatani dengan analogi etnografi suku-suku bangsa yang masih memiliki kebiasaan menato tubuh. Dalam arkeologi, pendekatan seperti ini dikenal dengan istilah etnoarkeologi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com