Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pengungsi Ukraina yang Pilih Pulang Meski Perang Belum Berakhir

Kompas.com - 16/04/2022, 08:30 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Sebagian pengungsi Ukraina disebut memilih pulang ke Tanah Airnya meski Rusia belum mengakhiri serangannya.

Faktor yang membuat para pengungsi Ukraina itu pulang adalah lelah terlunta-lunta mencari kuasa dan kelaparan.

Dilansir dari Insider melalui KOMPAS.com, Natalia Kulish (34 tahun) mengaku harus membuat pilihan yang menyakitkan.

Keluarga Kulish adalah salah satu dari beberapa keluarga pengungsi yang terpaksa memutuskan untuk kembali ke Ukraina.

Kulish dan kedua anaknya mempunyai beberapa pilihan, yakni tinggal di Polandia, atau menjadi tunawisma sambil menunggu visa Inggris yang butuh waktu lama.

Sedangkan pilihan terakhirnya adalah kembali ke Ukraina yang masih dilanda perang, menyatukan anak-anak dengan sang ayah, meski berisiko dari serangan bom.

Baca juga: Warga Ukraina Lacak Keberadaan Tentara Rusia dengan Fitur Find My dari Apple

Daripada menunggu tanpa batas waktu, hingga Inggris memproses dokumen visa mereka, Kulish memilih opsi yang terakhir.

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Minggu (10/4/2022), Kulish melarikan diri dari Dnipro, di Ukraina barat, bersama anak-anaknya, Maria (11 tahun) dan Luke (4 tahun), pada 16 Maret 2022.

Mereka pergi ke Warsawa, tempat seorang pria Polandia yang bersedia menampung mereka di apartemennya untuk sementara, sambil menunggu visa mereka dikeluarkan oleh Inggris.

Kulish mendaftar program Rumah untuk Ukraina pada 18 Maret 2022. Program itu akan mempertemukan orang atau organisasi di Inggris dengan individu yang melarikan diri dari Ukraina dan menawarkan mereka tempat tinggal.

Kulish mengatakan bahwa dia diberi tahu akan menerima visa dalam waktu empat hari. Kulish dan keluarganya pun kemudian berencana terbang ke Inggris untuk memulai hidup baru dengan keluarga sponsor di Hampshire, Inggris, atau begitulah harapan mereka.

Baca juga: 83 Persen Warga Rusia Dukung Invasi ke Ukraina

Dua minggu berlalu, namun visa masih belum dikeluarkan. Hingga akhirnya, Kulish dan keluarganya merasa tidak bisa lagi tinggal di apartemen Warsawa dengan satu kamar tidur.

"Di Warsawa, ada banyak orang yang datang dari Ukraina, dan tidak ada kesempatan untuk menyewa rumah dengan harga terjangkau," ujarnya.

Menghadapi kemungkinan menjadi tunawisma, Kulish memutuskan untuk kembali ke rumahnya di Ukraina pada 2 April 2022.

"malam berlalu dengan kecemasan," kata Kulish setelah kembali ke Ukraina. Dia dan anak-anaknya harus mendengar sirene meraung di Ukraina, sembari menunggu dengan tidak sabar hingga visa mereka disetujui.

Pada Kamis (7/4/2022) malam, keluarga lain kembali ke rumah mereka di zona perang. Nina (43 tahun), Liliia (21 tahun), dan bayi yang baru lahir, Platon. Mereka melarikan diri ke Polandia dari Ukraina dengan berjalan kaki pada bulan lalu.

Baca juga: Google Adsense Jeda Monetisasi Konten yang Membenarkan Perang Ukraina

Begitu tiba di Polandia, mereka mengajukan permohonan visa “Homes for Ukraina” (Rumah untuk Ukraina). Leila Majewska, yang berkebangsaan Polandia tetapi tinggal di Derby, Inggris, berpasangan dengan Nina, Liliia, dan Platon di grup Facebook.

Majewska segera mulai mempersiapkan rumahnya untuk keluarga tersebut. Dia membeli tempat tidur dan kereta dorong bayi, sambil menunggu kedatangan mereka dengan sabar.

Akan tetapi, proses aplikasi visa ternyata berlarut-larut. Majewska terbang ke Warsawa dan mengunjungi pusat visa bersama keluarga tersebut.

Majewska mengatakan, keluarga itu diberitahu bahwa proses pembuatan visa akan memakan waktu lima hari.

Setelah 17 hari berlalu, Nina dan Liliia pun menyadari bahwa tinggal di Warsawa tanpa batas waktu tidak lagi layak.

Majewska mengatakan, dia frustrasi dengan lamanya proses visa Inggris. "Jika mereka mendapatkan visa tepat waktu, mereka tidak akan berada di sana, dan mereka akan aman dan nyaman," katanya.

Menurut Majewska, hidup di tengah peperangan memiliki efek negatif pada kesehatan mental keluarga. "Ini penangguhan, menunggu sesuatu, tetapi Anda tidak tahu apakah itu akan benar-benar terjadi," pungkasnya.

(Penulis: Bernadette Aderi Puspaningrum)

Sumber: KOMPAS.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com