Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Nastar, Kue yang Identik dengan Perayaan Lebaran

Kompas.com - 10/04/2022, 10:00 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Nastar adalah salah satu jenis kue yang identik dengan perayaan hari raya Idul Fitri. Hampir setiap rumah di Indonesia pasti menyediakan nastar di atas meja saat perayaan Lebaran.

Nastar memiliki rasa gurih yang berasal dari butter dan rasa manis dengan sedikit asam yang bersumber dari buah nanas yang diolah menjadi selai untuk isiannya.

Akan tetapi, bagaimana nastar bisa menjadi identik dengan perayaan Lebaran? Dari mana asal kue kering ini?

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Jumat (7/5/2021), berikut ini sejarah nastar, kue yang identik dengan perayaan Lebaran.

Sejarah nastar

Dilansir dari laman Indonesian Chef Association, sama seperti kastengel, nastar juga berasal dari Belanda. Bahkan penamaan kue itu juga menggunakan bahasa negeri kincir angin tersebut, yakni nanas dan taartjes atau tart.

Baca juga: Telur dari Kulkas Tidak Bisa Jadi Bahan Membuat Kue, Kenapa?

Resep nastar terinspirasi dari pie ala Belanda yang dibuat dalam loyang besar dengan filling atau isian berupa selai blueberry, apel, maupun stroberi.

Akan tetapi, orang Belanda kesulitan mendapatkan buah-buahan tersebut dengan tingkat kematangan yang sama seperti di negara asalnya saat hendak membuat pie di Nusantara.

Akhirnya, mereka mengganti buah-buahan tersebut dengan buah nanas yang banyak tumbuh di Indonesia.

Selain karena ketersediaannya yang berlimpah, buah nanas dipilih karena memiliki rasa manis dan asam yang dapat menghasilkan cita rasa seperti buah berry serta apel.

Perkembangan nastar di Indonesia

Menurut Chef Andreas dari Hotel Noormans Semarang, nastar mengalami berbagai modifikasi dalam perkembangannya di Tanah Air, baik isian maupun adonannya.

Baca juga: Rayakan Tahun Baru China dengan Resep 3 Kue Khas Imlek Ini

"Jika di Belanda pie diolah dalam loyang besar, di Indonesia, adonan yang ada dibentuk bulatan kecil agar lebih mudah dikonsumsi. Sekali ambil, bisa langsung habis," kata Andreas.

Pada awal kehadirannya di Indonesia, hanya bangsawan atau priyayi saja yang dapat mencicipi kue nastar.

Akan tetapi, saat ini nastar bisa dikonsumsi oleh siapa saja. Selain karena proses pembuatannya yang cukup mudah, nastar pun semakin mudah dijumpai di pasaran, terutama menjelang Lebaran Idul Fitri.

Nastar dekat dengan berbagai budaya

Nastar sebenarnya tak hanya lekat dengan momen Idul Fitri saja. Menurut Chef Andreas, nastar juga sering diolah oleh warga Tionghoa saat mendekati perayaan Imlek.

Alasannya, nastar dianggap sebagai lambang datangnya keberuntungan bagi siapa pun yang mengonsumsinya.

Baca juga: Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning, Hemat Waktu Masak untuk Sahur

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com