Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Liburan Sambil Bekerja di Australia? Begini Kisah Anak Muda Indonesia

Kompas.com - 28/11/2021, 10:00 WIB
Artika Rachmi Farmita

Penulis

Harga upah per keranjang biasanya sudah disepakati oleh pemilik kebun dan pekerja.

"Sekarang saya mendapat upah lebih besar dari pemetikan per keranjang. Jam kerjanya lebih pendek namun pendapatannya lebih besar," katanya.

Husniati mengatakan ia pernah mendapatkan hampir 3.000 dollar Australia atau sekitar Rp 30 juta per minggu ketika memetik buah per keranjang.

Sementara jika dibandingkan dengan bayaran upah dihitung per jam saat itu, ia mendapatkan antara 1.200 hingga 1.500 dollar Australia atau sekitar Rp 12-15 juta per minggu.

Serikat pekerja Australian Workers Union (AWU) sebelumnya sudah mendesak agar setiap pemetik buah harus mendapat bayaran minimum untuk pekerja kasual, yakni setidaknya 25,41 dollar Australia, atau lebih dari Rp 250.000, per jam.

Jika nantinya ia akan dibayar per jam dengan upah minimum, Husniati juga mengaku tidak keberatan.

"Kerja per jam juga boleh juga, karena kerjanya santai. Dan bayarannya juga bagus, karena dahulu ketika saya datang bayarannya per jam sekitar 24.60 dollar Australia per jam," ujarnya.

Tak hanya itu, dengan sistem pembayaran upah per jam, ia juga bisa menghindar dari rasa kelelahan.

"Namun kalau saya kemudian merasa lelah, saya akan memilih yang kerja yang dibayar per jam karena lebih santai dan biasanya saya lakukan untuk memulihkan stamina kembali setelah bekerja keras ketika memetik per keranjang."

Baca juga: Imigrasi: Semua WNA Masuk Indonesia Wajib Memiliki Visa

Memetik mangga dibayar Rp 250.000 per jam

Peserta WHV asal Indonesia lainnya adalah Ricky Malvin yang sekarang bekerja di sebuah perkebunan mangga di Dimbullah, sebuah kota kecil sekitar 1.749 kilometer dari kota Brisbane.

"Ini perkebunan milik keluarga, saya bekerja sebagai pemetik buah, juga mengendarai traktor dan juga mengepak panenan," kata Ricky kepada ABC Indonesia.

Ia menerima bayaran dengan sistem upah per jam, yang ia lebih sukai ketimbang bayaran per keranjang.

"Memang tergantung cara bekerja. Kalau bekerja sambil liburan seperti saya, lebih bagus bayaran per jam. Kalau fokus mencari uang memang lebih bagus per keranjang," kata pria asal Bandung, Jawa Barat tersebut.

Menurut pengalaman Ricky, bekerja dengan upah per keranjang memerlukan fisik yang kuat dan juga ketrampilan dan pengalaman agar bisa memetik hasil panen dengan cepat.

Mantan pegawai bank di Indonesia tersebut mencontohkan saat bekerja memetik blueberry ketika baru datang di Australia tahun 2019.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com