Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deretan Kasus Penyerangan ke Polisi di Indonesia Tahun 2021, Ada Apa?

Kompas.com - 28/11/2021, 07:35 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Baru-baru ini publik beberapa kali dihebohkan dengan kejadian pengeroyokan, penyerangan atau penganiayaan warga kepada polisi di Indonesia.

Mulai dari warga, kelompok ormas, hingga para pelaku kejahatan juga dengan beraninya menghujani polisi serangan.

Hal ini seperti berbanding terbalik dengan tugas polisi sebagai pengayom masyarakat dan penegak hukum, yang seharusnya mendapatkan kepercayaan publik dan wibawanya di tengah masyarakat.

Berikut ini 4 kejadian penyerangan polisi yang terjadi di Indonesia:

Kasus anggota Polsek Medan Timur dibacok sekelompok orang

Kasus penganiayaan terhadap seorang anggota polisi yang bertugas di Polsek Medan Timur serta perusakan rumah, mobil dan sepeda motor oleh sekelompok orang pada Jumat (22/10/2021) di Perumahan Kalpataru Indah diungkap di Polrestabes Medan pada Senin (1/11/2021) sore.

Plt. Kasatreskrim Polrestabes Medan, Kompol Raffles Langgak Putra Marpaung menjelaskan, motif kejadian ini terkait usaha sewa menyewa dump truck yang akan dipakai di Langkat.

Baca juga: Demo Ormas Pemuda Pancasila di Gedung DPR Berakhir Ricuh, Perwira Polisi Dikeroyok, 15 Orang Jadi Tersangka UU Darurat

Dalam perjalanannya, usaha ini tak berjalan lancar atau pecah kongsi. Dari pihak penyewa, D dan H meminta pengembalian uang yang belum digunakan. Namun terjadi ketidaksepahaman dalam jumlah uang yang harus dikembalikan.

Menurut EDS sudah lunas, namun menurut D dan H masih kurang. Saat penagihan itu, sekitar pukul 19.00 WIB, D dan H datang bersama dua rekannya ke rumah EDS. Saat itu terjadi cekcok.

D dan rekan-rekannya melarikan diri karena kurang jumlah. D kemudian mengumpulkan teman-temannya dan sekitar sejam kemudian kembali mendatangi rumah EDS dengan sekitar 10 mobil.

Namun saat itu, EDS tidak ada di tempat dan hanya ada istrinya saja. Mereka kemudian melakukan perusakan. EDS kemudian pulang ke rumahnya menggunakan mobil bersama Aipda Eko Sugiawan yang mengendarai sepeda motor.

Keributan itu terjadi setelah sekelompok orang itu mengetahui kedatangan korban dan langsung mengejar. Para pelaku menganiaya Aipda Eko Sugiawan yang saat itu tidak sedang dinas dan mengenakan pakaian biasa.

"Luka dialami Eko di tangan akibat menangkis bacokan celurit dan luka jatuh dari kereta. Memar. Jadi kalau disebut di media bersimbah darah terlalu berlebihan. Nyatanya sampai sekarang kondisinya sehat," kata Rafles.

Para pelaku berhasil mencegat EDS dan merusak mobilnya karena korban tak mau turun dari mobilnya.

"Penyidikan belum bisa dijelaskan secara detail karena masih proses. Yang jelas sekelompok orang. Kan dikatakan kelompok organisasi apakah bawa tanda lambang organisasi. Masih penyelidikan ke arah sana," kata Rafles.

5 Perampok serang dan tembak pos polisi

Pihak kepolisian menangkap lima pelaku penembakan pos polisi di Kecamatan Panton Rheu, Aceh Barat, Aceh, Kamis (28/10/2021).

Kabid Humas Polda Aceh Kombes Pol Winardy mengatakan, para pelaku menyerang pos polisi karena dendam dijadikan buronan kasus perampokan.

Baca juga: 5 Perampok Ngamuk, Serang dan Tembaki Pos Polisi karena Dendam Dijadikan Buronan

“Beberapa minggu sebelum terjadi penembakan pos polisi, ada kelompok yang diduga lima orang itu melakukan aksi perampokan terhadap pendulang emas. Namun, walau masyarakat tidak melapor, polisi mengetahui aksi itu sehingga dilakukan penyelidikan, makanya mereka dendam dan menembak pos polisi,” kata Winardy, saat diwawancarai di Banda Aceh, Sabtu (30/10/2021).

Oknum TNI baku hantam dengan 2 anggota polisi di Ambon

Kapolda Maluku Irjen Refdi Andri membeberkan bahwa awal mula perkelahian ialah saat Bripka NS dan Bripka Z menilang seorang warga sipil.

“Begini, yang terjadi kemarin di Pos Lantas Mutiara jam 08.30 itu ya saat petugas sedang melakukan pengaturan (lalu lintas) kemudian ada pelanggaran lalu lintas,” kata Andri kepada wartawan usai menghadiri pembukaan Turnamen Teakwondo yang digelar Kodam XVI Pattimura di Sport Hall, Karang Panjang Ambon, Kamis (25/11/2021).

Warga sipil tersebut mengendarai motor trail dan tidak membawa SIM maupun STNK. Bahkan kendaraannya tidak memiliki nomor kendaraan.

Diduga, pengendara trail itu menghubungi anggota TNI, Pratu BK untuk datang ke lokasi.

Anggota kita melakukan tindakan dan kemudian ada rekan dari TNI yang datang. Mungkin salah persepsi, mungkin ada miskomunikasi sehingga terjadilah sesuatu yang tidak diinginkan,” ungkapnya.

Beruntung, Polri dan TNI langsung berkoordinasi hingga masalah bisa selesai dengan damai.

“Saya juga sangat berterima kasih sudah melakukan langkah-langkah segera baik dari pihak Polda maupun dari pihak TNI sehingga diambil langkah-langkah perdamaian. Artinya apa? Hal tersebut tidak membuat kita terpecah belah,” ungkapnya.

Seorang pria serang polisi dengan celurit

Beredar di media sosial sebuah video yang memperlihatkan seorang pria nekat mengejar anggota polisi menggunakan parang dan celurit lantaran tak terima anaknya ditilang.

Insiden yang terjadi di Jalan Jalan Palembang-Betung, tepatnya di Simpang Tuga Polwan, Kelurahan Betung, Kabupaten Banyuasin, viral di media sosial setelah diunggah oleh akun Instagram @Palembang.eksis.

Kejadian bermula saat anggota Satlantas Polres Banyuasin yakni Bripka Angga Novriadi sedang bertugas mengatur lalu lintas di lokasi kejadian. Angga kemudian melihat seorang pengendara sepeda motor Yamaha Vega R tidak menggunakan helm.

Baca juga: Alasan Seorang Pria Mengejar Polantas dengan Celurit Saat Anaknya Ditilang

Anggota tersebut langsung menghentikan dan memeriksa pengendara tersebut. Lantaran pengendata tak membawa surat-surat kendaraan dan tidak memiliki SIM, Bripka Angga mengenakan sanksi tilang dan menyita kendaraan.

Tak berselang lama, datang satu unit mobil Taft berhenti dilokasi.

Tiga orang terlihat turun dari mobil untuk menemui petugas terkait penilangan terhadap pengendara yang ternyata merupakan anaknya.

Setelah diberi penjelasan, orang tua anak tersebut tak puas dan kembali ke dalam mobil mengambil sebilah parang dan celurit untuk menyerang Bripka Angga.

“Motifnya karena tidak senang anaknya ditilang sehingga menyerang personel dengan senjata tajam. Personel tersebut lari untuk menyelamatkan diri, sementara parang dan celurit yang digunakan berhasil kita sita sebagai bukti,” ucap Kasat Reskrim Polres Banyuasin AKP Ade Ikang Putra, Kamis (25/11/2021).

Ormas Pancasila keroyok seorang anggota polisi

Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh organisasi masyarakat (ormas) Pemuda Pancasila di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, pada Kamis (26/11/2021), berakhir ricuh.

Hal itu ditengarai oleh tindakan massa aksi yang berusaha menerobos masuk ke area kompleks parlemen. Petugas kepolisian pun mengadang dan menahan para pedemo di depan gerbang.

Namun, sejumlah anggota ormas Pemuda Pancasila justru melakukan tindakan anarkistis. Beberapa di antaranya bahkan mengeroyok seorang perwira menengah kepolisian berpangkat AKBP.

Kepolisian akhirnya melakukan tindakan tegas dengan membubarkan aksi demonstrasi itu. Sebanyak 20 orang yang terlibat aksi anarkistis ditangkap dan diperiksa di Mapolda Metro Jaya.

Selain itu, petugas juga menangkap seorang anggota ormas Pemuda Pancasila yang diduga mengeroyok anggota kepolisian hingga terluka parah di kepala. 15 orang dit

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan menjelaskan, terdapat 15 anggota Pemuda Pancasila yang langsung ditetapkan sebagai tersangka.

Lantas, kenapa aksi penyerangan, penganiayaan hingga pengoroyokan kepada anggota polisi dilakukan masyarakat?

Faktor penyebab masyarakat serang polisi

Baca juga: Adu Jotos Oknum TNI Vs Dua Polisi di Ambon, Kapolda Maluku: Ini Sangat Disesali, Kenapa Mesti Terjadi

Melihat fenomena aksi serang hingga penganiayaan polisi tersebut, banyak pihak yang memberikan perhatiannya terhadap hilangnya kepercayaan masyarakat kepada instansi kepolisian.

Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto menilai, arogansi polisi dapat berdampak pada hilangnya kepercayaan masyarakat.

Lebih lanjut, Bambang mengatakan bahwa ketidakpercayaan masyarakat pada polisi tersebut dapat berujung pada perlawanan yang menimbulkan pelanggaran hukum.

"Efeknya bisa muncul adalah ketidakpercayaan masyarakat pada polisi, akan berdampak pada ketidaktaatan pada hukum," kata Bambang ketika dihubungi Kompas.com, Senin (7/10/2019).

"Pembangkangan pada hukum bila dibiarkan dalam tahap yang ekstrem juga akan memunculkan perlawanan," sambung dia.

Bambang memandang, saat ini Polri cenderung arogan dalam pendekatan ke masyarakat kecil.

Tito Karnavian mengakui tingkat kepercayaan publik rendah

Bahkan, Mantan Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengaku prihatin dengan tingkat kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian.

Di sejumlah survei, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri kerap berada di urutan terendah. Ini berbeda dengan saat awal-awal reformasi.

Saat itu, publik mempunyai ekspektasi sangat tinggi kepada Polri, yang baru dilepaskan dari ABRI, untuk mengawal reformasi.

Kondisi ini menjadi tantangan buat Tito yang baru satu bulan dilantik jadi Kapolri.

Baca juga: Faktor yang Membuat Kepercayaan Publik Rendah terhadap Polisi Versi Jenderal Tito

"Ironis dibanding ketika Polri dipisahkan dari ABRI. Tahun 1998 hingga 2000 ketika gerakan masyarakat sipil menguat luar biasa. Harapan publik kepada polisi sangat tinggi untuk jadi penegak hukum yang baik," ujar Tito saat berkunjung ke kantor Kompas, Palmerah, Jakarta, Kamis (18/8/2016).

(Sumber: Kompas.com Penulis Kontributor Medan, Dewantoro, Nirmala Maulana Achmad, Aprida Mega Nanda, Devina Halim | Editor Aprillia Ika, David Oliver Purba, Nursita Sari, Agung Kurniawan, Krisiandi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com