Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Hari Toleransi Internasional dan Cara Melawan Intoleransi

Kompas.com - 20/11/2021, 12:00 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan 16 November sebagai Hari Toleransi Internasional atau International Day for Tolerance.

Tujuan penetapan peringatan Hari Toleransi Internasional adalah meningkatkan sikap toleransi pada masyarakat global.

Sejarah Hari Toleransi Internasional

Sebelumnya, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) memperingati Tahun Toleransi atau Year for Tolerance pada 16 November 1995.

UNESCO pun mengumumkan cara untuk mendefinisikan dan memberikan kesadaran toleransi untuk semua badan yang berpartisipasi melalui Deklarasi Prinsip Toleransi yang dibuat saat itu.

Dengan adanya deklarasi tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan kesadaran akan intoleransi yang masih terjadi di dunia.

Selain itu, UNESCO juga memberikan Penghargaan Madanjeet Singh untuk orang-orang yang mempromosikan semangat toleransi melalui bidang sains, budaya, dan seni.

Baca juga: Sejarah dan Peringatan Hari Toleransi Internasional 16 November

Pada tahun selanjutnya, PBB membuat pertemuan khusus yang membahas toleransi sebagai bentuk tanggapan positif terhadap deklarasi UNESCO tersebut.

Majelis Umum PBB mengundang negara-negara anggota PBB untuk memperingati Hari Toleransi Internasional dengan kegiatan yang ditujukan untuk lembaga pendidikan dan masyarakat luas pada 16 November 1996

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Selasa (16/11/2021), Sekretaris Jenderal PBB pada saat itu, Ban Ki Moon menyampaikan pesan bahwa intoleransi tumbuh di banyak tempat meski masyarakat semakin beragam.

Hal itu terlihat dari munculnya ekstremisme kekerasan, pelanggaran hak asasi manusia, dan pembantaian budaya.

Ban Ki Moon menambahkan, kondisi tersebut menciptakan krisis terbesar sejak Perang Dunia II karena melahirkan kebencian dan xenofobia terhadap pengungsi dan lainnya.

Ban Ki Moon pun mengajak negara-negara anggota PBB untuk memperkuat dialog, kohesi sosial, dan meningkatkan saling pengertian agar mewujudkan toleransi.

Baca juga: Mendambakan Toleransi Umat Beragama

"Ini berarti membangun masyarakat yang didasarkan pada penghormatan terhadap hak asasi manusia. Dengan begitu, ketakutan, ketidakpercayaan, dan marjinalisasi digantikan oleh pluralisme, partisipasi, dan penghormatan terhadap perbedaan," kata Ban Ki Moon.

Cara melawan intoleransi

Cara melawan intoleransi perlu melibatkan banyak pihak, salah satunya dengan berhenti menyebarkan kebencian.

Dilansir dari laman PBB melalui KOMPAS.com, terdapat beberapa cara yang dilakukan untuk melawan intoleransi, yakni:

1. Hukum: Pemerintah bertanggung jawab untuk menegakkan hukum hak asasi manusia untuk melarang dan menghukum kejahatan, kebencian, diskriminasi, serta memastikan akses yang sama untuk penyelesaian sengketa.

2. Pendidikan: Hukum diperlukan tetapi tidak cukup untuk melawan intoleransi, penekanan yang lebih besar perlu diberikan pada pendidikan yang lebih banyak dan lebih baik.

3. Akses informasi: Cara paling efisien untuk membatasi pengaruh para penyebar kebencian adalah dengan mempromosikan kebebasan pers dan pluralisme pers agar publik dapat membedakan antara fakta dan opini.

Baca juga: Mendambakan Toleransi Umat Beragama

4. Kesadaran individu: Intoleransi melahirkan intoleransi lainnya. Maksudnya, untuk memerangi intoleransi, individu harus menyadari hubungan antara perilaku dan lingkaran setan ketidakpercayaan dan kekerasan di masyarakat.

5. Solusi lokal: Ketika dihadapkan pada eskalasi intoleransi di sekitar, tak perlu menunggu pemerintah dan lembaga untuk bertindak. Kita semua adalah bagian dari solusi.

Pesan UNESCO dan Menag RI

Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay mengajak semua orang untuk menghargai hak atas perbedaan dan merayakan keberagaman pada Hari Toleransi Internasional 2021.

Pada masa pandemi Covid-19 ini, menurut Audrey, rasisme, fanatisme, dan ekstremisme dapat meningkat dibandingkan sebelumnya.

Peringatan Hari Toleransi Internasional kali ini diharapkan dapat menguatkan kembali nilai-nilai dasar kemanusiaan, seperti keadilan, martabat, dan mempertahankan keberagaman.

Selain itu, perayaan ini juga mengajak masyarakat global untuk memerangi ketidakadilan dan kebencian penyebab intoleransi.

Baca juga: Paus Fransiskus Sebut Tidak Ada Toleransi untuk Tindakan Rasialisme

Senada dengan Audrey, Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI), Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, keragamaan adalah potensi untuk saling mengenal dan berkolaborasi dalam kebaikan dan mewujudkan kemaslahatan bersama

“Sebab, mereka yang bukan seiman adalah saudara dalam kemanusiaan,” kata Yaqut.

Menurutnya, Kementerian Agama (Kemenag) terus berupaya melakukan penguatan moderasi dalam beragama.

Dia menambahkan, terdapat empat indikator untuk penguatan moderasi beragama, yakni komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan, dan ramah terhadap tradisi.

Moderasi beragama menjadi penting karena melibatkan cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan berlandaskan prinsip adil dan berimbang.

(Penulis: Rosy Dewi Arianti Saptoyo | Editor: Rizal Setyo Nugroho)

Sumber: KOMPAS.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com