Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukses Transplantasi Ginjal Babi ke Manusia, Ilmuwan Akan Lakukan Penelitian Lebih Lanjut

Kompas.com - 23/10/2021, 09:50 WIB
Maulana Ramadhan

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah terobosan baru di dunia medis terjadi. Para ilmuwan Amerika Serikat sukses melakukan transplantasi ginjal babi ke manusia.

Keberhasilan itu disebut-sebut sebagai terobosan baru dalam xenotransplantasi atau proses transplantasi dari hewan ke manusia.

Diberitakan Kompas.com yang melansir Live Science, Kamis (21/10/2021), kelompok ilmuwan ahli bedah di New York AS melakukan eksperimen transplantasi ginjal babi yang telah dimodifikasi secara genetik ke manusia.

Eksperimen ini dilakukan pada pasien mati otak yang terdaftar sebagai pendonor organ dan sudah mendapat izin dari pihak keluarga yang bersangkutan.

Namun selama proses transplantasi berlangsung, ginjal tetap berada di luar tubuh pasien. Dengan kondisi tersebut, ahli bedah mengamati dan mengambil sampel jaringan.

Baca juga: Ilmuwan Berhasil Transplantasi Ginjal Babi ke Manusia

Kendati ginjal babi tidak ditanamkan di dalam tubuh, prosedur tersebut masih memungkinkan peneliti untuk melihat apakah organ akan ditolak oleh tubuh.

Proses operasi transplantasi ginjal babi pada manusia. [Dok. New York University Langone Health Via BBC]Dok. New York University Langone Health Via BBC Proses operasi transplantasi ginjal babi pada manusia. [Dok. New York University Langone Health Via BBC]

Mengapa babi yang dipilih?

Alasan mengapa organ babi yang dipilih untuk uji coba transplantasi itu juga terungkap. Dibandingkan dengan organ hewan primata, organ babi memiliki kelebihan untuk ditransplantasikan.

Misalnya, babi merupakan hewan yang dipelihara dengan baik untuk dikonsumsi. Selain itu, babi juga melahirkan banyak anak dalam periode kehamilan yang singkat, serta pertumbuhan pertumbuhan organ babi mirip dengan manusia.

Hanya saja, babi memiliki gen penghasil molekul gula atau alpha-gel yang dapat mengacaukan sistem kekebalan manusia yang bisa mengakibatkan organ (babi) akan ditolak oleh tubuh manusia.

Terlebih pada orang dengan alergi daging merah yang langka, molekul tersebut dapat memicu reaksi alergi yang berisiko tinggi. Para peneliti tersebut akhirnya menggunakan ginjal babi dari hasil rekayasa genetika yang tidak memiliki gen penghasil alpha-gal.

Selain itu, dalam eksperimen ini, ara ahli bedah juga mentransplantasikan timus babi yaitu organ kecil yang menghasilkan sel-sel kekebalan ke dalam tubuh pasien. Hal ini dilakukan untuk mengurangi potensi penolakan ginjal babi oleh tubuh manusia.

Dr Robert Montgomery, Direktur NYU Langone Health.New York Times/Amir Hamja Dr Robert Montgomery, Direktur NYU Langone Health.

Baca juga: Terobosan Ahli Bedah AS: Transplantasi Ginjal Babi pada Manusia

Kepala tim bedah di NYU Langone Health Dr Robert Montgomery mengatakan, selama uji coba transplantasi, fungsi ginjal dapat bekerja secara normal.

"Fungsi (ginjalnya) sangat normal," ujar Dr Robert Montgomery.

Setelah melekat pada pembuluh darah di kaki bagian atas pasien, ginjal babi mulai memproduksi urine dan menyaring creatine.

"Ginjal tidak ditolak (tubuh) seperti yang kami khawatirkan," tambahnya.

Masih lakukan penelitian lebih lanjut

Kendati telah sukses mentransplantasikan ginjal babi ke manusia, kelompok ilmuwan ini menyebut masih perlu melakukan penelitian lebih lanjut terhadap hasil eksperimen transplantasi ginjal babi ke manusia

"Kita perlu tahu lebih banyak tentang seberapa lama organ (ginjal) bertahan," tutur profesor bedah transplantasi di Johns Hopkins School of Medicine, Dr Dorry Segev.

Sedangkan menurut Kepala medis di United Network for Organ Sharing Dr David Klassen, proses penolakan ginjal oleh tubuh masih bisa terjadi dalam waktu yang lama setelah transplantasi, terlebih pada eksperimen tersebut.

Karena itu ia menyebut proses transplantasi ginjal babi ke manusia harus ditinjau secara mendalam, dan ekstra hati-hati.

Baca juga: Penyakit Ginjal, Apa Saja Ciri Awalnya?

Di sisi lain, keberhasilan transplantasi ginjal babi ke manusia ini berpotensi meningkatkan transplantasi untuk banyak orang, namun pengembangbiakan babi yang sesuai dinilai harus dilakukan.

Tak hanya itu, suksesnya uji coba ini disebut dapat menjadi solusi atas kelangkaan organ untuk transplantasi ginjal.

(Sumber:Kompas.com/Zintan Prihatini | Editor: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com