Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Tragedi Susur Sungai Siswa SMP Terjadi di Indonesia dari Tahun 2020

Kompas.com - 17/10/2021, 10:15 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Kegiatan alam adalah salah satu pendidikan yang biasa dilakukan untuk mengenal lebih dekat kekayaan alam. Salah satunya dengan susur sungai.

Kegiatan yang biasanya dilakukan saat Pramuka ini bertujuan untuk mengenalkan aliran sungai dan memahami jenis bahaya yang ada di sungai dan cara melatih ketahanan fisik.

Namun, jika kegiatan susur sungai tidak dipersiapkan secara matang, mulai dari fisik, peralatan dan keamanannya, maka akan membahayakan bagi diri dan orang lain.

Baru-baru ini terjadi dua tragedi yang menyebabkan belasan siswa meninggal dunia saat mengikuti kegiatan susur sungai.

Berikut ini dua tragedi susur sungai yang dilakukan siswa menengah pertama yang dapat menjadi pembelajaran kedepannya:

Tragedi susur sungai Cileueur Ciamis

Sebanyak 11 siswa MTs Harapan Baru ditemukan tewas terseret arus sungai saat menjalani susur sungai pramuka, Jumat (15/10/2021) sore.

Sekelompok siswa ini akhirnya ditemukan setelah pencarian di sepanjang Sungai Cileueur, Dusun Wetan RT 01 RW 01, Desa Utama, Kecamatan Cijeungjing, Kabupataen Ciamis, Jawa Barat.

Baca juga: Tragedi Susur Sungai, MTs Harapan Baru Ciamis Terancam Sanksi dari Kemenag

Tragedi yang memakan korban jiwa ini ternyata bukan pertama kalinya. Kegiatan susur sungai yang menewaskan siswa juga pernah terjadi tahun 2020 lalu.

Kini, kejadian serupa kembali menimpa 11 siswa MTs Harapan Baru.

Kronologi ditemukannya jenazah 11 siswa tenggelam

Dari keterangan pihak sekolah, ada 150 siswa bersama para guru yang turun ke sungai.

Namun, sesampainya di sekolah sekaligus lingkungan pesantren, masih ada siswa yang belum kembali ke asrama.

Mereka merupakan siswa MTs setingkat SMP yang baru masuk dengan kisaran usia 12 sampai 13 tahun.

Petugas BPBD bersama Tim SAR gabungan berupaya melakukan pencarian mulai Jumat pukul 13.30 WIB.

Korban pertama ditemukan pukul 19.15 WIB. Korban lainnya juga ditemukan hingga pukul 21.00 WIB mencapai 11 orang.

"Iya, pada pukul 20.05 WIB jenazah siswa yang tenggelam sudah ditemukan meninggal 10 orang. Baru sekitar pukul 21.00 WIB lebih ditemukan lagi seorang jadi total 11 orang," ujar Memet, Jumat malam.

Penyebab 11 siswa tewas tenggelam

Memet menjelaskan, dari keterangan beberapa saksi, para korban tenggelam disebabkan terbawa arus sungai yang sempat mendadak meluap dari arah hulu.

Hasil pendataan, semua korban yang terbawa arus sungai ada 21 orang, sebanyak 11 di antaranya meninggal dunia dan sisanya berhasil selamat.

"Kalau korban selamat sempat dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan. Kalau korban meninggal sama dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan awal," ujar Memet.

Sampai saat ini Tim SAR gabungan masih bersiaga di lokasi kejadian dan menyusuri beberapa titik rawan untuk memastikan tak ada lagi korban hanyut di sungai tersebut.

"Sampai sekarang kita masih bersiaga di lokasi," ujar Memet.

Baca juga: Cerita Farhan, Selamat dari Tragedi Susur Sungai Ciamis, Pilih Kabur karena Rasakan Firasat Tak Enak

Tragedi susur sungai Sempor Sleman

Mengutip Kompas.com, kegiatan susur sungai juga pernah dilakukan siswa SMPN 1 Turi Sleman, DIY yang menewaskan 10 orang dan puluhan siswa luka-luka, Jumat (21/2/2020).

Kasus tersebut melibatkan pihak kepolisian yang memeriksa 13 saksi dan menetapkan satu orang tersangka berinisial IYA.

Polisi menahan IYA yaitu guru olahraga sekaligus pembina Pramuka di SMPN 1 Turi tersebut.

Atas perbuatannya, IYA dijerat Pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang menyebabkan orang lain meninggal dunia.

Polisi juga menjerat IYA dengan Pasal 360 KUHP mengenai kelalaian yang menyebabkan orang lain luka-luka. Ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara.

Dalam kejadian tersebut, IYA diketahui berperan sebagai penginisiasi kegiatan susur Sungai Sempor di Dusun Dukuh, Desa Donokerto, Turi Sleman.

Warga sekitar sudah memperingatkan kepada IYA untuk tidak melakukan kegiatan susur sungai Sempor.

Namun peringatan itu tidak digubris, dan tetap menjalani kegiatan.

"Sama warga sudah diingetin. Saya mendengar ada warga yang memperingatkan," kata Tita, seperti dilansir dari Kompas TV.

Namun, lanjut Tita, peringatan tersebut disambut kata-kata tak enak dari pembinanya.

"Katanya, enggak apa-apa, kalau mati di tangan Tuhan, kata kakak pembinanya," ujar Tita yang mengaku mendengar langsung jawaban pembinanya tersebut.

Bahkan hasil penyelidikan diungkap, kegiatan susur sungai tersebut tidak mendapatkan izin dari pihak pengelola desa wisata setempat.

Baca juga: Kaleidoskop 2020: Tragedi Susur Sungai Sempor di Sleman, 3 Guru Jadi Tersangka

"Dari pemeriksaan kepada pengelola Desa Wisata Lembah Sempor, kegiatan susur sungai tersebut tidak ada izin ke pengelola. Lokasi tersebut merupakan desa wisata," katanya.

Ia mengatakan, dalam insiden ini tersangka dijerat dengan Pasal 359 dan 360 KUHP. Sementara itu, Saat pemeriksaan terhadap 13 orang, polisi menemukan keterangan bahwa IYA merupakan penginisiasi acara tersebut.

"Sampai dengan saat ini, kita sudah melakukan pemeriksaan kepada paling tidak ada 13 orang," ujar Kepala Bidang Humas Polda DIY Kombes Yuliyanto saat dikonfirmasi, Sabtu (22/2/2020).

(Sumber: Kompas.com Penulis Kontributor Tasikmalaya, Irwan Nugraha, Kontributor Pangandaran, Candra Nugraha | Editor David Oliver Purba, Editor Michael Hangga Wismabrata)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com