Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Jutaan Warga AS Berhenti Kerja?

Kompas.com - 16/10/2021, 12:02 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) sedang dihebohkan dengan gerakan berhenti kerja yang dilakukan oleh jutaan warganya.

Alasan jutaan warga AS memilih untuk berhenti kerja adalah menuntut adanya fleksibilitas pekerjaan dan menolak untuk kembali bekerja di kantor (work from office/WFO) secara penuh.

Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) melaporkan, 4,3 juta orang AS memilih berhenti kerja pada Agustus 2021. Jumlah itupun menjadi rekor tertinggi tingkat berhenti kerja sejak tahun 2000.

Dilansir dari CNN melalui KOMPAS.com, jumlah pekerja yang berhenti naik sekitar 242.000 orang dibanding bulan Juli 2021.

Alasannya, banyak pekerja yang menuntut gaji lebih tinggi, kondisi kerja yang lebih baik, dan pengaturan kerja yang lebih fleksibel.

Baca juga: Kasus Varian R.1 di Amerika Serikat, seperti Apa Karakteristiknya?

Kebanyakan orang yang memilih untuk berhenti kerja merupakan pekerja dari bidang perdagangan grosir, pendidikan negara bagian dan lokal, serta bidang akomodasi dan layanan makanan.

Kepala Ekonom PNC, Gus Faucher mengatakan, saat ini orang cenderung lebih mudah mencari pekerjaan baru ketika tidak senang dengan pekerjaan sebelumnya.

"Jika Anda tidak senang dengan pekerjaan Anda atau menginginkan kenaikan gaji, di lingkungan saat ini cukup mudah untuk mencari pekerjaan baru. Kami melihat orang-orang memilih itu," kata Faucher.

Akibat gerakan berhenti kerja ini, banyak perusahaan di AS kesulitan mencari pekerja baru. Terdapat 10,4 juta lowongan pekerjaan tetap pada Agustus 2021.

Akan tetapi, jumlahnya sedikit berkurang dibandingkan dengan akhir Juli 2021, atau turun sekitar 659.000 orang.

Baca juga: Sungai Terpanjang Kedua di Amerika Selatan Kering, Apa Penyebabnya?

Pada bulan Juli, jumlah lowongan pekerjaan mencapai 11,1 juta. Jumlah tersebut memecahkan rekor tertinggi sejak laporan pada tahun 2000.

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Rabu (13/10/2021), Kepala Ekonom di RSM, Joe Brusuelas mengungkapkan, momen ini bisa menjadi zaman keemasan bagi pekerja. Banyak pekerja yang menyadari bahwa mereka punya daya tawar tinggi terhadap perusahaan.

Daya tawar itu terbukti dari kesediaan para pekerja untuk berhenti dari pekerjaan yang tidak disukai dan memilih untuk mencari pekerjaan baru.

Pergeseran ini tidak hanya berpusat pada ekonomi sederhana, tetapi penilaian ulang yang lebih luas seputar kualitas dan tujuan hidup.

"Pekerja sekarang yakin bahwa dia memiliki kekuatan tawar dan dapat memperoleh upah yang wajar. Mereka sadar memiliki pengaruh terhadap bentuk kondisi kerja," ujar Brusuelas.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Penyakit Cacar Monyet yang Muncul di Amerika Serikat

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com