Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Ikan Tampak Mati, Kering, dan Dikerubungi Semut Bisa Hidup Lagi Saat Direndam Air, Ini Faktanya

Kompas.com - 29/02/2024, 16:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Unggahan video yang memperlihatkan seekor ikan yang tampak sudah mati kemudian hidup kembali setelah dimasukkan ke dalam air, ramai di media sosial.

Video tersebut diunggah oleh akun Instagram @fakhruddin_3112 pada Selasa, (30/1/2024).

Dalam video, ikan tampak mati dan mengering dengan dikerubungi semut di seluruh tubuhnya.

Kemudian, setelah dimasukkan ke dalam air selama beberapa saat, ikan tersebut terlihat hidup dan menggerakan tubuhnya.

"TIADA YANG MUSTAHIL BAGI ALLAH.. LIHAT SAMPAI AKHIR NYA ...KEAJAIBAN TAK TERHINGGA," tulis pengunggah.

Hingga Kamis (29/2/2024) sore, unggahan tersebut disukai lebih dari 36.800 pengguna Instagram.

Beberapa warganet yang melihat unggahan tersebut pun turut berkomentar. Beberapa warganet mengatakan bahwa ikan tersebut sedang berhibernasi.

"Klo d tmpt ane nama ny ikan Tempuyu, ini ikan klo kering dia hibernasi kek mati gtu, emang kuat ikan ny, bisa berhari2 d darat n masih hidup," tulis akun @iin_seth.

"Sedang mode HIBERNASI...betok,lele,gabus,sapu sapu biasa spt itu," tulis akun @darmawan_jajang.

Lantas, bisakah ikan berhibernasi?

Baca juga: Studi Ungkap Ikan Kecil Ini Bisa Mengeluarkan Suara Lebih Keras daripada Gajah


Penjelasan pakar

Peneliti ikan di Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Fahmi membenarkan bahwa ada beberapa jenis ikan yang memiliki kemampuan hibernasi atau tidur panjang.

"Ada (ikan yang tampak mati namun sebenarnya masih hidup). Biasanya itu untuk ikan-ikan yang hidup di perairan tawar yang memiliki kemampuan untuk hibernasi sebagai salah satu adaptasi terhadap kondisi lingkungannya yang ekstrem," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis.

Kendati demikian, ia tidak bisa memastikan jenis ikan dalam unggahan tersebut.

"Saya tidak bisa mastikan jenisnya apa. Kalau jenis hiu mungkin masih bisa saya identifikasi," imbuhnya.

Dikutip dari Kompas.com (19/4/2023), hibernasi biasanya dilakukan oleh makhluk hidup tertentu untuk bertahan hidup di musim dingin. 

Tujuan dari hibernasi adalah supaya tidak harus mencari makanan pada saat musim dingin.

Selain itu, alasan lain hibernasi adalah supaya tidak harus melakukan migrasi ke tempat yang lebih hangat.

Melalui hibernasi, makhluk hidup tidak akan menggunakan metabolisme mereka karena dalam mode hemat energi.

Selama proses hibernasi, beberapa bagian tubuh akan turun ke tingkat yang lebih rendah. Seperti detak jantung, suhu tubuh, dan laju pernapasan.

Baca juga: 5 Jenis Ikan Ini Bantu Memperpanjang Umur, Rutin Dikonsumsi Warga Zona Biru

Belum pernah ada kasus ikan hibernasi di Indonesia

Lebih lanjut, Fahmi mengungkapkan bahwa jenis ikan hibernasi belum pernah ditemui di Indonesia.

"Kebetulan untuk jenis ikan seperti ini belum pernah ada kasusnya di Indonesia, ini biasa terjadi di daerah-daerah yang mengalami cuaca atau musim yang ekstrem," ucap dia.

Ia memberikan contoh, misalnya saat musim kering yang berkepanjangan sehingga aliran sungai menjadi kering selama beberapa waktu (bisa beberapa bulan atau bahkan 1 tahun).

Oleh karena itu, ikan-ikan yang hidup di sana beradaptasi dengan cara berhibernasi, yaitu dengan cara memendam tubuhnya di lumpur atau dalam tanah.

Sehingga, kata Fahmi, ketika tanahnya mengering, tubuh mereka juga ikut menjadi kering sampai pada suatu saat ketika air sudah mulai mengalir lagi, ikan-ikan tersebut akan pulih dan hidup lagi.

Baca juga: 7 Jenis Ikan Terbaik untuk Menurunkan Berat Badan, Apa Saja?

Diduga ikan betok

Sementara itu, dokter hewan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Slamet Raharjo mengatakan, ikan yang ada dalam unggahan tersebut diduga adalah jenis ikan betok.

"Ikan dalam video adalah ikan betok yang memiliki organ tambahan untuk menyimpan oksigen yang membuat ikan tersebut dapat bertahan hidup lama di luar air," ujarnya terpisah.

Kendati demikian, ia menegaskan bahwa ada beberapa poin penting yang harus diketahui secara nalar.

Apabila ikan betok yang tampak kering tersebut sudah benar-benar mati, dimasukkan ke air pun tetap tidak akan bisa hidup lagi.

"Kecuali, bila ikan betok tersebut belum mati, saat dimasukkan air tampak hidup lagi kemungkinan besar karena masih memiliki simpanan oksigen dalam organ tambahan penyimpan oksigen," jelasnya.

Adapun bila ikan betok tersebut belum mati, tampak kering, dan dikerubungi semut seperti yang terlihat pada video, recovery ketika dimasukkan lagi ke dalam air tidak langsung berupa gerakan pindah tempat.

Akan tetapi diawali dengan gerakan tutup insang sebagai indikator bernafas, dan diikuti gerakan sirip dada. Baru beberapa saat kemudian akan bergerak perlahan-lahan.

"Pada video tersebut aneh karena tidak terlihat gerakan tutup insang dan sirip dada. Dan kalaupun bisa bergerak tidak menjamin bisa survive," ucap Slamet.

Pasalnya, ketika kering, insang akan kolaps dan tidak bisa berdifusi menyerap oksigen.

Selain itu, kulit dan sisik yang kering akan kehilangan lendir yang berfungsi untuk pertahanan diri atau sistem imunitas ikan jebol, akhirnya pasti mati juga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com