Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lembaga Falakiyah PBNU: Hilal Awal Ramadhan Tak Mungkin Tampak pada 10 Maret 2024

Kompas.com - 26/02/2024, 19:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berdasarkan perhitungan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), hilal penentu 1 Ramadhan 2024 tidak mungkin terlihat pada 29 Syakban 1445 Hijriah atau Minggu (10/3/2024).

Awal puasa Ramadhan 1445 H diperkirakan akan jatuh pada Selasa (12/3/2024), sesuai posisi hilal baik tinggi maupun elongasinya.

"Untuk awal Ramadhan tahun ini, dengan memperhatikan posisi hilal baik tinggi maupun elongasinya, secara pengalaman atau tajribah, hilal tak mungkin dapat dirukyat pada Ahad sore 10 Maret," ujar Kepala LF PBNU Sirril Wafa, dikutip dari NU Online, Jumat (23/2/2024).

Wakil Sekretaris LF PBNU Marufin Sudibyo menjelaskan, awal Ramadhan akan terjadi jika pemantauan hilal (rukyah hilal) melaporkan keterlihatan Bulan sabit yang sahih.

"Sebaliknya, apabila tidak ada laporan yang sahih, dengan merujuk pada Keputusan Muktamar Ke-34 NU di Lampung maka bulan Syakban 1445 H akan digenapkan 30 hari (ikmal)," papar Marufin, saat dihubungi Kompas.com, Senin (26/2/2024).

Baca juga: Awal Puasa Ramadhan 2024 Diprediksi Berbeda, BMKG Ungkap Potensi Keterlihatan Hilal


Ketinggian hilal Ramadhan 2024 belum memenuhi kriteria

Menurut Marufin, LF PBNU secara resmi menggunakan kriteria Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama atau kriteria IRNU sebagai ambang batas keterlihatan hilal.

Kriteria IRNU adalah ambang batas posisi Bulan, di mana hilal berpotensi dapat dilihat, terutama melalui moda kasat teleskop dan kasat kamera.

"Ambang batas tersebut terjadi manakala tinggi hilal mar’ie minimal 3 derajat dan elongasi hilal haqiqy minimal 6,4 derajat," kata dia.

Pada batas tersebut, cahaya hilal sebagai pantulan cahaya Matahari oleh bagian cakram Bulan yang menghadap ke Bumi, terbukti lebih kuat dan lebih kontras dibanding cahaya senja yang mewarnai langit latar belakangnya.

Cahaya yang lebih kuat dan lebih kontras, kata Marufin, merupakan kunci keterlihatan hilal dan benda-benda langit lain pada saat senja setelah Matahari terbenam.

"Jadi, angka-angka tersebut bukan angka-angka asal comot. Namun, memiliki landasan pengetahuan fisis optika di baliknya," ucapnya.

Baca juga: Amankah Minum Obat Penunda Haid Selama Bulan Ramadhan? Ini Kata Dokter

Selain telah memenuhi kriteria IRNU, kredibilitas laporan pemantauan hilal juga harus ditunjang oleh faktor meteorologis.

Di antaranya, titik pemantauan tidak hujan, langit barat tidak tertutupi mendung, dan ufuk barat masih bisa mendeteksi Matahari menjelang terbenam.

"Untuk rukyah dengan moda kasat kamera, kredibilitas laporan juga harus melalui analisis geometri citra," papar Marufin.

Marufin menambahkan, posisi hilal pada Minggu (10/3/2024) petang di seluruh Indonesia memiliki tinggi kurang dari 3 derajat dan elongasi kurang dari 6,4 derajat.

Halaman:

Terkini Lainnya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com