KOMPAS.com - Angin puting beliung adalah istilah yang diberikan untuk fenomena angin kencang yang berputar-putar membentuk pusaran.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puting beliung adalah sebutan lokal untuk tornado skala kecil yang terjadi di Indonesia.
Sebagian besar tornado terbentuk pada sore hari. Saat di mana matahari telah memanaskan tanah dan atmosfer, cukup untuk menghasilkan badai petir.
Tidak jauh berbeda dengan angin puting beliung yang umumnya terjadi saat musim pancaroba, baik siang maupun sore hari.
Lantas, kenapa bisa terjadi angin puting beliung?
Pertanyaan “kenapa bisa terjadi angin puting?” dapat terjawab dengan mengetahui mengapa fenomena tornado bisa terjadi.
Sebab, puting beliung adalah istilah yang dipakai oleh masyarakat Indonesia untuk bentuk tornado yang terjadi dalam skala yang kecil.
Tornado terbentuk ketika udara yang hangat dan lembap bertabrakan dengan udara yang dingin dan kering. Arus udara di dalam awan bergesekan naik dan turun sampai membentuk pusaran angin
Baca juga: Tips Aman Berlindung Saat Puting Beliung, Apa yang Harus Dilakukan?
Dikutip dari laman Britannica, fenomena yang mendasari terjadinya tornado adalah badai supercell yang menyedot udara hangat dan kelembapan ke atas, kemudian memuntahkan udara kering yang dingin ke tanah.
Aliran udara hangat yang naik ke atas (updraft) menyebabkan pusaran membengkak dengan uap air, menciptakan awan corong spiral di tengahnya.
Di sisi lain, aliran udara dingin ke bawah kemudian melawan spiral ke atas awan corong, memfokuskan awan ke area yang lebih kecil dan meningkatkan kecepatannya.
Baca juga: BMKG: Daerah Berpotensi Angin Puting Beliung 22-25 Februari 2024 dan Upaya Mitigasinya
Dengan tekanan dan berat yang cukup dari aliran udara dingin ke bawah, awan corong yang bergerak cepat terpaksa mendarat di tanah, terciptalah pusaran angin yang disebut tornado.
Angin puting beliung atau yang biasanya disebut dengan istilah twister, adalah jika ukuran dan kecepatan tornado tidak cukup besar.
Mereka bisa hadir dengan ukuran dan kecepatan pusaran angin yang berbeda-beda. Dan untuk ukuran tornado skala kecil dikenal dengan istilah puting beliung, khususnya di Indonesia.
Menurut BMKG, puting beliung di Indonesia berskala tornado F0 - F1 dengan tipe kerusakan ringan hingga sedang.
Skala tersebut berdasarkan Fujita scale, di mana F0 menandakan kecepatan kurang dari 117,48 kilometer/jam dan F1 ada di kisaran 117,48 - 180,24 kilometer/jam.
Baca juga: Penjelasan BMKG soal Puting Beliung Terjang Rancaekek dan Jatinangor, Jawa Barat
Dilansir dari laman National Geographic, angin puting beliung rata-rata bergerak dengan kecepatan sekitar 48,2 kilometer per jam.
Berbeda dengan tornado yang bisa mencapai kecepatan hingga 480 kilometer per jam dan mampu menimbulkan kerusakan berat dan menyebabkan banyak korban jiwa.
Dengan menggunakan satuan F0 hingga F5, Fujita scale mengukur intensitas tornado dengan menganalisis kerusakan yang ditimbulkan angin puting beliung.
Data tersebut kemudian mencocokkannya dengan kecepatan angin yang diperkirakan menghasilkan kerusakan yang sebanding.
Baca juga: Video Viral Angin Puting Beliung Terjang Bandung, Ini Penyebabnya Menurut BMKG
Mengutip laman Pusat Prediksi Badai NOAA, berikut adalah keterangan secara rinci mengenai Fujita scale:
Demikian penjelasan tentang kenapa bisa terjadi angin puting beliung, dan seperti apa intensitasnya di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.