Kandungan gula yang tinggi dalam soda juga mempengaruhi peningkatan gula darah. Ini karena tubuh mudah dan cepat menyerap gula tambahan di minuman tersebut.
Peningkatan kadar gula darah akan menimbulkan lonjakan produksi insulin di tubuh. Perubahan tersebut menyebabkan variabilitas glikemik atau perubahan dan fluktuasi glukosa yang cukup ekstrem.
Perubahan glukosa dapat menyebabkan naik-turunnya energi, kelelahan, perubahan suasana hati, serta meningkatkan risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Kadar gula dari soda yang terlalu banyak dalam tubuh juga berpotensi menyebabkan resistensi insulin yang ditandai dengan munculnya sindrom metabolik. Orang yang menderita kondisi ini menjadi kurang sensitif terhadap hormon insulin yang berfungsi mengontrol gula di darah.
Orang dewasa yang minum soda setiap hari berpotensi besar menurunkan kadar kolesterol baik dan lebih banyak memiliki kadar trigliserida yang tinggi dalam darah.
Gula dalam soda dapat hilang dengan adanya aktivitas fisik. Namun sebaliknya, tanpa aktivitas yang cukup, hati akan mengubah gula menjadi lemak trigliserida.
Baca juga: 3 Bahaya Konsumsi Garam Berlebihan, Bisa Memicu Kematian Dini
Sebuah studi pada 2014 menunjukkan, minum soda setiap hari meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Konsumsi satu porsi soda atau minuman manis setiap hari meningkatkan risiko penyakit jantung sebesar 16 persen.
Soda juga dapat menimbulkan risiko stroke, meningkatkan tekanan darah, dan menimbulkan hipertensi yang mempercepat masalah kesehatan lain yang berkaitan dengan peredaran darah.
Kadar gula yang tinggi dalam minuman bersoda dapat meningkatkan produksi lemak di hati.
Padahal, hati merupakan salah satu organ yang terlibat dalam metabolisme gula dari soda.
Tumpukan lemak yang berlebihan di hati memicu kondisi bernama penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD). Ini dapat memicu timbulnya peradangan di hati.
Soda kaya akan kalori dan gula ekstra. Karena itu, minuman tersebut dapat menambah berat badan secara signifikan jika rutin diminum setiap hari.
Kondisi tersebut terjadi karena fruktosa dalam minuman soda menghasilkan lebih sedikit hormon yang membuat merasa kenyang. Karena itu, orang yang meminumnya akan terus-terusan makan tanpa memerhatikan berat badannya. Sebaliknya, makan makanan padat dapat mengenyangkan tubuh.
Minum soda khusus diet mungkin dianggap tidak menambah berat badan karena tanpa kalori dan gula. Kenyataannya, minuman tadi tetap menambah berat badan karena rasa manisnya memicu keinginan untuk terus mengonsumsi makanan manis sepanjang hari.
Di sisi lain, penelitian pada 2017 menunjukkan mengurangi minum soda dapat menurunkan berat badan.
Dilansir dari WebMD, gula dalam minuman soda berpotensi menimbulkan ketagihan bahkan kecanduan dalam tubuh manusia.
Ini terjadi karena konsumsi soda dapat menciptakan sinyal mirip kecanduan dalam otak. Kondisi yang sama dialami oleh pecandu narkoba.
Kecanduan pada gula akan semakin parah jika kadar gula yang tinggi dikonsumsi orang-orang yang punya bentuk kecanduan lainnya.
Baca juga: Bahaya Mengonsumsi Kentang bagi Penderita Penyakit Ginjal, Mengapa?
Tak hanya kecanduan gula, konsumsi gula yang tinggi dalam minuman bersoda dapat memengaruhi lemak di perut yang menimbulkan buncit.
Ini terjadi karena kandungan gula tersebut dapat menghasilkan lemak perut yang terletak di ruang antarorgan dan lemak eksternal yang ada di bawah kulit.
Lemak perut ini bisa berbahaya karena meningkatkan kemungkinan penyakit jantung, sindrom metabolik, diabetes tipe 2, dan kanker payudara .
Soda dan minuman manis lainnya juga banyak dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker pankreas.
Penelitian menunjukkan, wanita pascamenopause dapat memiliki risiko lebih besar terkena kanker endometrium atau rahim jika mereka mengonsumsi minuman bersoda.
Kadar fruktosa yang tinggi dalam gula di minuman bersoda dapat meningkatkan asam urat dalam tubuh.
Penumpukan asam urat yang tinggi kemudian bisa menimbulkan radang di sendi. Ini karena asam urat dapat membentuk kristal di persendian.
Semakin tinggi kadar fruktosa yang tinggi dalam tubuh, maka potensi menderita asam urat akan meningkat.
Kadar gula yang tinggi dalam sekaleng soda juga bisa menyebabkan peradangan pada otak.
Riset juga membuktikan minum soda secara teratur dikaitkan dengan tingkat depresi yang lebih tinggi dan kemungkinan besar terkena demensia, khususnya penyakit Alzheimer.
(Sumber: Kompas.com/Sekar Langit Nariswari, Aditya Priyatna Darmawan | Editor: Farid Firdaus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.