Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mi atau Bumbunya, Mana yang Lebih Tidak Sehat dari Mi Instan?

Kompas.com - 05/01/2024, 07:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mi instan dianggap sebagai makanan tidak sehat karena dapat memicu masalah kesehatan jika terlalu sering dikonsumsi.

Di balik bungkus makanan instan ini, umumnya terdapat mi sebagai komponen utama dan plastik kecil berisi bumbu yang menentukan aroma dan rasanya.

Pertanyaan mana komponen yang lebih tidak sehat pun bermunculan agar dapat menghindari risiko buruk saat mengonsumsi mi instan.

Salah satunya, dari warganet X (dulu Twitter) @bbiiutiful, Selasa (2/1/2024) siang.

"Sebenernya mie instan tuh yg gak sehat mie nya apa bumbunya?" tulis pengunggah.

Lantas, mana yang lebih tidak sehat dari mi instan, mi atau bumbunya?

Baca juga: 5 Efek Samping Sarapan Mi Instan, Waspadai Sakit Kepala dan Mual


Mi vs bumbu dari mi instan

Menurut dokter gizi komunitas dari Dr Tan & Remanlay Institute Banten, Tan Shot Yen mengatakan, mi maupun bumbu dari mi instan sama-sama tidak sehat.

Hal itu karena bumbu mi instan umumnya tinggi garam dan penguat rasa Monosodium glutamate alias MSG.

Komposisi MSG terdiri atas natrium dan klorida, dengan mineral natrium berperan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

Menurut Tan, tubuh manusia membutuhkan natrium untuk keseimbangan eletrolit yang digunakan sebagai penunjang kerja otot dan syaraf.

"Kecukupan garam mampu menahan air dalam tubuh. Bekerja sama dengan kalium menjaga tekanan darah, kesehatan jantung, dan ginjal," kata Tan, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (4/1/2024).

Baca juga: Benarkah Makan Mi Campur Nasi Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes dan Jantung?

Bumbu mi instan tinggi natrium

Bumbu mi instan umumnya tinggi garam dan penguat rasa mononatrium glutamat alias MSG.PIXABAY/MAREK Bumbu mi instan umumnya tinggi garam dan penguat rasa mononatrium glutamat alias MSG.

Namun, seperti dikutip Kementerian Kesehatan, terlalu banyak asupan natrium berakibat pada air yang lebih banyak pada pembuluh darah.

Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan volume cairan darah, yang berimbas pada peningkatan tekanan darah.

Kebutuhan asupan garam per hari bagi dewasa sehat sesuai anjuran dari Kementerian Kesehatan adalah 2000 miligram natrium atau setara dengan satu sendok teh garam per orang per hari.

Sementara itu, berdasarkan Angka Kecukupan Gizi Indonesia 2019, asupan natrium harian tergantung dari usia dan jenis kelamin.

Khusus orang dewasa sehat, angka kecukupan natrium berkisar 1000-1500 miligram per orang per hari atau setara dengan setengah sampai tiga perempat sendok teh garam.

Di sisi lain, menurut Kementerian Kesehatan, MSG yang banyak terkandung dalam bumbu mi instan terdiri dari tiga zat, yaitu asam glutamat (78 persen), natrium (12 persen), dan air (10 persen).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan asupan harian MSG yang dapat diterima oleh tubuh manusia adalah 0-120 miligram per kilogram berat badan.

Meski tergolong aman dikonsumsi, asupan MSG per hari tetap harus dibatasi untuk menghindari potensi efek yang merugikan.

Baca juga: Viral, Video Pemuda 20 Tahun Terkena Serangan Jantung karena Sering Makan Mi Instan, Ini Kata Dokter

Mi picu gula darah naik dan turun

Tan mengatakan, komponen mi dari mi instan merupakan produk rafinasi yang berasal dari terigu atau tepung gandum.

Menurutnya produk rafinasi atau makanan yang mengandung karbohidrat rafinasi bukanlah bahan pangan utuh lagi.

Jenis karbohidrat ini berbeda dengan beras pecah kulit, beras merah, beras coklat, atau beras hitam, yang mana kulit arinya masih utuh, sehingga lebih lama dicerna menjadi gula.

Meski tak dapat dikatakan berbahaya, menurutnya, produk rafinasi tidak dibutuhkan oleh tubuh, bahkan dapat membuat gula darah naik dan turun secara cepat.

"Cepat membuat gula darah (seperti) yoyo. Sebab rafinasi mudah diserap jadi gula darah, dan anjlok lagi," jelas Tan.

Baca juga: Alasan Jangan Makan Mi Instan Berlebihan dan Batas Amannya

Cara menyulap mi instan jadi lebih sehat

Ilustrasi mi instan.Dok. Shutterstock Ilustrasi mi instan.

Terpisah, dosen dan ahli gizi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Toto Sudargo mengungkapkan, hanya makan mi instan setiap hari tentu tidak sehat.

Kondisi tersebut sama seperti hanya mengonsumsi nasi setiap hari. Sebab pemicu ketidaksehatan adalah makan mi instan yang merupakan karbohidrat tanpa tambahan lauk-pauk apa pun.

Hal ini akan membuat tubuh sekadar memiliki karbohidrat untuk menghasilkan energi, tetapi tidak dilengkapi sumber zat pembangun dan pengatur.

Zat pembangun adalah protein, berupa lauk hewani dan nabati. Sementara zat pengatur, terdiri dari buah dan sayur.

Untuk membangun tubuh yang sehat, bugar, dan ideal, perlu asupan gizi seimbang antara zat-zat tersebut.

Oleh karena itu, Toto mengatakan, mi instan, terlepas dari komponen mi atau bumbunya, perlu dibuat menjadi menu bergizi lengkap.

"Jika mau yang sehat, maka dibuat menu lengkap. Misalnya, mi ditambah telur, daging, atau ikan, ditambah sayur, dan lauk nabati," kata Toto, saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com