Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Gaya Kampanye Bongbong Marcos, Disebut Mirip dengan Joget Gemoy Prabowo

Kompas.com - 13/12/2023, 21:33 WIB
Alinda Hardiantoro,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial X (Twitter) ramai membahas soal gaya kampanye joget "Gemoy" calon presiden (capres) Prabowo Subianto yang disebut mirip dengan Ferdinand ”Bongbong” Marcos Jr.

"Pantes, kemarin mikir gaya kampanye salah satu paslon tuh mirip sama kampanye seseorang tapi lupa siapaaaa gt. Ya ternyata bongbong marcos," ungkap @ma*****.

Diketahui, Ferdinand ”Bongbong” Marcos Jr atau lebih dikenal dengan Bongbong Marcos adalah putra diktator Ferdinand Marcos Sr yang pernah berkuasa di Filipina selama 40 tahun.

Baca juga: Visi Misi Lengkap Anies-Cak Imin, Prabowo-Gibran, dan Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024

"Bongbong” Marcos mencalonkan diri dalam pemilihan presiden (Pilpres) Filipina pada 9 Mei 2022 dan berhasil keluar sebagai pemenang.

Diberitakan Kompas.id, kemenangannya tidak lepas dari peran media sosial yang dimanfaatkan oleh "Bongbong” Marcos dalam berkampanye.

Para propagandis Bongbong menggunakan medsos untuk membersihkan sejarah bangsa Filipina di rezim diktator ayahnya dan memberikan ”penghargaan baru” terhadap Marcos Sr.

Baca juga: Visi Misi Lengkap Anies-Cak Imin di Pilpres 2024, Apa Saja?

Baca juga: Visi Misi Lengkap Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024, Apa Saja?

Joget ala "Bongbong” Marcos

"Bongbong” Marcos mengakhiri masa kampanye dua hari dengan berjoget di atas panggung dalam “unity concert” yang digelar di St. Vincent Ferrer Prayer di Bayambang.

Mantan juru bicara kepresidenan Harry Roque mengundang Bongbong untuk bergabung dengannya dan menari di atas panggung.

Dilansir dari ABS CBN, Roque mengatakan bahwa tarian itu merupakan tarian kampanye yang khas dari semua penampilan yang ada.

Momen "Bongbong” Marcos joget itu sempat viral di media sosial X, dulunya Twitter.

Bongbong mampu memukau masyarakat dengan tarian yang dikenal masyarakat sebagai Bongbong Marcos (BBM)-Sara's gemoy dance.

Tarian itu yang mengantarkannya menjadi orang nomor satu di Filipina.

Baca juga: Soal Kampanye Gemoy Prabowo, Anis Matta: Bukan Berarti Tak Punya Narasi

Pengalihan citra diktator

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr bersalaman dengan Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin (kiri), dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong (kanan) berdiri di sampingnya saat sesi foto bersama dalam pembukaan KTT ASEAN di Jakarta, Indonesia, Selasa (5/9/2023).AP PHOTO/DITA ALANGKARA Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr bersalaman dengan Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin (kiri), dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong (kanan) berdiri di sampingnya saat sesi foto bersama dalam pembukaan KTT ASEAN di Jakarta, Indonesia, Selasa (5/9/2023).

Menurut Komisi Pemilu (Comelec), lebih dari 37 juta (56 persen) pemilih di Filipina berusia 18-41 tahun, dan 5 juta di antaranya adalah pemilih pertama kali. Dari mereka yang baru pertama kali memilih, sebanyak 4.094.614 adalah perempuan, berusia 18-21 tahun.

Sebagian besar pemilih merupakan warga yang lahir setelah rezim diktator Marcos berakhir (1986).

Artinya mereka tak mengalami era Marcos yang otoriter, yang menurut Amnesty International selama UU darurat telah memenjarakan 70.000 orang, menyiksa 34.000 orang, dan menewaskan 3.200 orang lebih.

Para generasi muda itu hidup di zaman media sosial yang berpengaruh penting dalam pembentukan citra baru terhadap Marcos Sr, ayah "Bongbong” Marcos.

Baca juga: Muncul Pertama Kali Bersama Prabowo, Gibran: Tenang Pak, Saya Sudah di Sini

Kampanye medsos dilakukan untuk rebranding era Marcos Sr yang bukan sebagai periode darurat militer, pelanggaran HAM mengerikan, korup, penjarahan kas negara, dan ekonomi di ambang keruntuhan, melainkan sebagai zaman keemasan (golden age), kemakmuran, bebas kejahatan, zaman kebebasan.

Dengan begitu, publik akan beranggapan penggulingan Marcos sebuah kesalahan. Kampanye itu dimulai sejak satu dekade yang lalu melalui video yang diunggah ke Youtube dan Facebook.

Selain media sosial, faktor lain dari kemenangan telah Bongbong adalah karena bersatunya dua dinasti, yaitu Marcos dan Duterte yang memiliki pengaruh kuat di politik.

Baca juga: Profil Ferdinand Marcos Jr, Presiden Terpilih Filipina yang Kontroversial

Tanggapan tim kampanye Prabowo

Sementara itu, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Dedek Prayudi tidak merespons perihal dugaan kemiripan joget "gemoy" ala Prabowo dengan gaya kampanye ”Bongbong” Marcos.

Pesan singkat yang dikirimkan Kompas.com, hingga Rabu (13/12/2023) sekitar pukul 21.30 WIB tidak juga mendapatkan balasan.

Terpisah, Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria mengatakan bahwa narasi "gemoy" yang dilabelkan kepada Prabowo muncul dari respons publik atas antusiasme Pilpres 2024.

"Ya gimick 'gemoy' itu adalah dari netizen. Itu menandakan bahwa masyarakat memiliki antusias yang baik pada Pemilu 2024," kata dia, dikutip dari siaran Youtube Kompas.com, Selasa (28/11/2023).

Diketahui, narasi "gemoy" yang identik dengan Prabowo itu sempat menimbulkan polemik dan kritik dari berbagai pihak.

Narasi tersebut juga bertolak belakang dengan citra tegas yang ditunjukkan Prabowo pada Pilpres 2019 dan 2014 lalu.

Baca juga: Jawaban Anies soal Polusi Udara DKI Jakarta yang Disorot Prabowo dalam Debat Capres-Cawapres

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com